Terima Kasih Atas Kunjungannya

Selamat datang bagi semua pengunjung di blog Catatan Wahidah, semoga apa yang saya sajikan disni dapat bermanfaat bagi Anda Semua !!!.
Latest Products
KEEGOISAN BERUJUNG PENYESALAN

KEEGOISAN BERUJUNG PENYESALAN

KEEGOISAN BERUJUNG PENYESALAN
Awalnya  persahabatan Afidah dan Marwah sangat dekat bahkan seperti saudara. Karena Afidah memang anak tunggal. Ia  tak mempunyai saudara. Afidah selalu merasa kesepian, namun dengan  sifat Afidah  yang sangat egois membuat nya  tak ada yang mau berteman  dan menjadi sahabatnya.  Walaupun  ada hanya sebatas teman biasa tidak lebih.
Sampai pada suatu saat Afidah bertemu dengan seseorang yang bernamaMarwah, satu-satunya orang yang paling mengerti dengan sifat dan keadaan Afidah, dan mau berteman  dengan tulus kepada Afidah,  ia sangat sabar menghadapi sikap Afidah yang sangat egois. Tampa pernah lelah Marwah selalu memberi masukan , dan menasihati Afidah agar bisa menjadi orang yang lebih baik dan di senangi oleh semua orang.
Suatu hari di sekolah. Marwah menghampiri Afidah, namun Afidah malah berusaha untuk menjauh
.”Fi, kamu kenapa sih makin jauh dari aku ? kalau aku punya salah , aku minta maaf Fi” ucap marwah dengan sedih.
“Nggak kok, itu hanya perasaan kamu saja” balas Afidah singkat.
“Fi, kamu harus jujur, aku nggak mau kalau ada yang kamu rahasiakan diantara kita. Apa gunanya seorang sahabat kalau tidak terbuka. Aku  tau persis siapa kamu, sifat kamu bagaimana, tidak seperti biasanya kamu kayak gini. Aku  tau kamu menyembunyikan sesuatu dari ku , kamu pasti sedang punya masalah”. Ucap  Marwah kepada Afidah.  Marwah merasa  bingung dengan sikap Afidah belakangan  ini. Marwah kemudian menatap Afidah dengan tajam. Namun Afidah menunduk dan diam saja.

“Afidah , ayo jawab aku ..??? kamu gengarkan aku ngomong apa?  Masalah tidak akan terselesaikan kalau kamu diam saja. Lihat mataku Fi…!!”. Sambil memegang ke dua bahu Afidah dengan kencang! Namun Afidah tetap saja dengan reaksi yang sama  menundukkan kepalanya tak berani menatap Marwah dan diam.

“Ufh … baiklah Fi kalau kamu belum mau cerita!mungkin belum sekarang saatnya. Apapun masalahnya aku harap kamu tetap harus cerita kepadaku.ingan Afidah aku ini sahabatmu apapun yang terjadi aku akan tetap selalu ada buat kamu dalam suka maupun duka!” pinta Marwah.

“Tinggalkan aku sendiri Mar, Tinggalkan aku sendiri” kata Afidah dengan Nada lembut yang menyedihkan.

***
Waktu terus berjalan  hari berganti hari sampai minggu berganti minggu. Sikap Afidah  masih sama tetap dingin terhadap Marwah. Bahkan makin parah. Setiap Marwah mendekati Afidah , ia langsung beranjak pergi bahkan tak mau menatapnya, Afidah menjahui Marwah.

Marwah merasa sangat sedih dengan perubahan sahabatnya, entah apa yang terjadi pada sahabatnya  itu. Hingga berbagai tanda Tanya  dan kebingungan pun   melanda Fikirannya.

“Afidah kenapa yah ? masalah apa sebenarnya yang dia sembunyikan dari ku ? kenapa dia menjauh ? apa karena Afidah Merasa tidak cocok dan  merasa tidak Nyaman bersahabat dengan ku ? atau karena Aku telah menyakiti hati afidah dengan kataku yang menyinggungnya? Atau karena sikap ku yang salah terhadapnya ? atau Afidah telah dapat sahabat yang lebih baik dari ku sehingga Afidah tak mau lagi bersahabat dengan ku ? atau karena Semuanya ? Arghh…. Aku bingung!!!” Marwah benar-benar bingung. Dia juga tak mau menuduh Afidah yang tidak-tidak sebelum afidah yang jelaskan sendiri semua padanya apayang sebenarnya terjadi.

Marwah sangat berharap Afidah dapat mengubah sikap buruknya itu. Namun disis lain sebenarnya Afidah  juga merasa bersalah, sedih ,dan kesepian  jauh dari Marwah.

Pada suatu Malam  didalam kamar nya, Afidah mengingat semua kebaikan dan pengorbanan Marwah padanya. Afidah  merenungi dan  mengingat-ingat kembali semua yang pernah Marwah lakukan dan berikan padanya.

“Selama ini Marwah yang selalu membantuku  saat kapan pun saya membutuhkannya.” Lamunan Afidah.
Beberapa diantara nya perhatian Marwah. “Dulu saat Aku membutuhkan Marwah untuk dijelaskan tentang pelajaran yang tidak ku mengeerti, tugas-tugas dan PR ku untuk dibantu mengerjakannya. Marwah dengan senang hati  membantu ku  dengan tulus. Padahal saya juga tau dikelas Marwah tak jauh beda dengan ku   tugas-tugas dan PR Marwah juga menumpuk. Tapi marwah lebih mengutamakan selalu  aku  dari pada dirinya sendiri. Setiap aku meminta sesuatu keapada marwah tak pernah marwah berkata TIDAK untukku . begitu banyak perhatian dan pengorbanan Marwah untuk aku. Mengapa aku begitu bodoh bersifat dingin terhadap Marwah ???” Lamunan Afidah.

Kemudian Afidah melanjutkan lamunan nya dan mengingat-ingat kembali. “Tapi…., semenjak kedekatannya dengan Keyla perlahan aku merasa Marwah berubah?” fikiran buruk Afidah kepada Marwah.

Sebenarnya bukan Marwah yang berubah  tapi Afidah yang tak mau mengerti. Afidah kembali lagi memunculkan sifat lamanya  yaitu ke egoisannya. “sebenarnya aku merasa cembunru dan merasa tidak nyaman  marwah dekat dengan orang lain. Aku tidak ingin kasih sayang Sahabat ku Marwah terbagi. Aku hanya ingin marwah menjadi sahabatku . bukan sahabat orang lain. TITIK. aku merasa Marwah yang aku kenal dulu bukan lagi Marwah yang sekarang.  “  sikap egoisme Afidah benar-benar telah merasuki dirinya, Afidah hanya memikirkan dirinya sendiri.

“Tapi kalau dipikir-pikir Sebenarnya Marwah tidak berubah, saat itu memang masa-masa puncaknya menumpuk tugas dari setiap mata pelajaran yang harus marwah selesaikan karena ujian semester makin dekat, aku pun juga seperti itu , sehingga membuat marwah jarang dan bahkan tidak sempat mengunjungi ku. Aku benar-benar tidak bisa mengerti posisi dan keadaan Marwah saat itu. Fikiran ku sudah tidak jernih sehingga Aku berfikiran buruk pada Marwah. Yaa ALLOH  betapa bodohnya aku.” Pikiran Afidah mulai positif Afidah sudah mulai menyesali sikapnya terhadap Marwah. Afidah pun memutuskan untuk besok menemui Marwah dan minta maaf padanya.

***
Keesokan harinya disekolah. Afidah  kemudian memutuskan untuk meminta maaf kepada Marwah. Tapi sayang sekali , saat Afidah mencari-cari Marwah dikelasnya, di kantin, dan disekatar sekolah Marwah tidak ada. “Marwah kemana yah ??  seperti nya hari ini dia ga masuk skolah deh ,..! kalau begitu besok sajalah ..!” pikir Afidah dalam hati.

Keesokan harinya Afidah  kembali mencari Marwah namun , sama seperti kemarin tetap tidak ada,  sampai 4 hari berlalu Afidah cari Marwah Namun Marwah tak masuk skolah.  Kemudian Afidah memutuskan untuk bertanya kepada Keyla teman sebangku Marwah. Saat Afidah menuju kearah Keyla baru Afidah ingin bertanya , keyla udah bertanya duluan.

“Hey Fi, kamu pasti lagi nyariin Marwah kan ?” sapa keyla.
“Hmmm.. iyah…! Kenapa Marwah ga masuk skolah Key, apa dia pulang ke kampungnya ?” Tanya Afidah.
“kamu belum tau ya?? Tidak Fi’  Marwah lagi sakit. Sepertinya penyakit Marwah Kumat lagi.” Jawab Keyla.
“penyakit ?  penyakit apa ? memangnya marwah sakit apa ?” Afidah kaget mendengar jawaban Keyla.

“Marwah sejak kecil terkena penyakit LIVER dan penyakitnya ini tidak bisa  disembuhkan dan  setauku   Liver itu dapat mengambil nyawa kita kapan pun jika sudah sangat parah . penyakit  liver hanya bisa sembuh dengan 1 cara jika dilakukan Tranfalasi Hati. Kasian Marwah ! dia masih sangat muda , perjalanan nya masih panjang namun Dia dihantui dengan penyakit mematikan itu. Walau demikian , aku lihat Marwah tak pernah mengeluh  , dia jalani kehidupannya dengan Semangat dan  ceria seakan tak terjadi apa-apa dengannnya.” Panjang lebar keyla menjelaskan dengan mata yang berkaca-kaca.

“Oh iya,satu lagi aku lihat selama Marwah tak pernah lagi bersama kamu Fi’,  Marwah lebih sedih kebanyakn ngelamun, sedih dan diam, dia cerita tentang kamu terus. Marwah selalu bilang kalau dia rindu skali sama kamu, senyuman mu padanya, canda tawamu , dia rindu kamu yang dulu.” Lanjut Marwah.

Tampa Afidah sadari  saat Keyla menjelaskan semua tentang keadaan Marwah slam ini air mata itu tak bisa dibendung. Afidah sangat merasa bersalah terhadap diri nya sendiri terlebih terhadap Marwah slama ini Dia benar-benar telah buruk sangka pada sahabtnya. Namun disisi lain Afidah  juga  merasa kecewa kepada Marwah karena Marwah tidak pernah cerita   pada Afidah klau Maarwah sakit.

“mengapa kanapa kamu tidak pernah cerita kepada ku Mar tentang sakit mu itu . kenapa kamu ga terbuka masalah ini pada ku .., kenapa malah Keyla yang lebih tau banyak tentang kamu ?  :’( ” kekecewaan Afidah dalam hati. Hatii Afidah pun bercampur aduk  antara sedih , kecewa, menyesal.

“hello.. Fi’ jangan ngelamun dong. Aku ngerti kok kesedihan kamu .” keyla mengakhiri lamunan Afidah.

“eh , nggak kok.. diii’.. di Rumah Sakit mana Marwah di rawat ???”  Tanya Afidah dengan terbata-bata.

“di RS Wahidin. Ini alamat lengkapnyya” keyla mengambil kertas dan pulpen menuliskan Alamat RS Marawah di rawat kemudian memberikannya pada Afidah.

“yah ,, jalan sudirman no 14.” Afidah membaca kertas dari Keyla. “Makasih ya key.”

“iya. Sama-sama. Buru deh kamu ke RS , aku yakin Marwah udah nungguin kedatanganmu.” Keyla berusaha menghibur Afidah.

“iya, stelah pulang skolah ini aku langsung kesana.”

***
Saat pulang skolah  Afidah dengan masih menggunakan  seragam sekolah yang lengkap Afidah langsung menuju ke RS  untuk menemui Marwah dan ingin minta maaf padanya , juga menceritakan semua nya mengapa ia menjauh dari Marwah. Afidah ingin mengulang semuanya dari awal lagi.

Ketika Afidah telah sampai di RS. Afidah mendapatkan   kondisi  Marwah yang terbaring lemah di RS  dalam keadaan tak sadarkan diri. 

Afidah kemudian duduk disamping pembaringan Marwah. “Marwah … kamu bangun dong … kenapa di saat aku mau baikan sama kamu , dan aku mulai mau berubah keadaann kamu malah seperti ini, aku tau Marwah dulu saat kamu bicara  aku tak mau dngerin kamu , tapi sekarang di saat  aku mau kamu bicara  kamu malah diam. Marwah  kamu kan dulu mau tau kenapa aku berubah, sekarang aku mau jelasin semuanya Mar , aku mohon kamu bangun Mar .., aku mau jelasin semuanya. “Afidah menangis ter sedu-sedu melihat keadaan sahabatnya yang tak berdaya.

Afidah sambil memegang tangan Marwah “Maafkan aku marwah,  sebenarnya aku seperti ini karena aku cemburu ngeliat kamu lebih dekat dengan Keyla. Memang aku tau kalau kalian dekat karena satu kelas. Tapi aku lihat kebersamaan kalian lebih dekat dari pada bersamaku.  Waktu itu kamu tidak pernah lagi kekelasku, aku merasa kamu makin jauh dari ku.   Tapi .. baru saya sadari kemarin Mar, saat Keyla jelaskan semua nya ke aku. Aku yang salah Marwah, aku yang salah … terlalau berpikiran buruk pada Mu.., maafkan aku Marwah . ! “

Walaupun marwah dalam keadaan terbaring lemah dan tak sadarkan diri Afidah  tetap saja melanjutkan penjelasannya “Selain itu ,, sebenarnya ada satu hal lagi yang membuat ku menjau Dari kamu Mar, sebenarnya aku juga kecewa  padamu . karena sampai sekarang kamu belum juga membalas surat ku. Walaupun sebenarnya kamu menjawab pertanyaan dari suratku langsung secara lisan mu, tapi jujur Marwah, jawaban melalui surat itu sangat berarti buatku .., kalau hanya lisan 1 kali kamu bilang lagsung berlalu namun jika dengan surat , bisa aku simpan baik-baik dan kapan pun aku ingin lihat kamu mengakuiku sebagai sahabat ku bisa dengan membaca surat itu. Memang benar apa yang kamu katakan kalau persahabattn itu di buktikan dengan perbuatan. Namun aku ingin surat itu menjadi saksi bisu untuk persahabatna kita marwah .., tapi kamu ga pernah ngerti aku masalah ini. “

“waktu pertama aku  memberi  surat itu pada mu, hatiku sangat senang sekali  dengan harapan kamu menjawb pertanyaan ku. Apakah kamu bersedia menjadi sahabatku ?   apakah kamu bersedia menjadi teman curhatku dikala suka maupun duka ?  apakah kamu bersedia menasihati dan mengingatkan ku disaat aku melakukan kesalahan ? aku ingin bersahabat dengan mu Marwah.  Aku sangat senang dengan sikap dan sifatmu yang sopan, ramah , Baik, cerdas dan aku lihat kamu tidak memilih-milih teman dalam bergaul. Sangat beruntung orang yang bersahabat dengan mu Marwah. Dan aku ingin menjadi orang yang beruntung itu.” Lanjut Afidah.
“sekarang aku merasa sudah termasuk orang beruntung itu marwah, terima kasih kamu telah bersedia menjadi sahabtku,  tapi tetep saja sebenarnya saya sangat mengharapkan balasan Surai itu secara TERTULIS Marwah.”

“Setelah aku berikan surat itu pada mu, keesokan harinya aku menunngu balasannya , namun tak ada, aku pun memakluminya. Kemudian aku nunggu Hari ke 2 sampai ke 3 . hasil nya sama seperti kmarin tak ada balasan darimu. Kamu hanya bilang selalu lupa, lupa daan lupa , walaupun kamu bawa kamu  slalu bilang  nyari  waktu yang tepat untuk ngasuh ke aku . tapi apa ? hari berganti menjadi minggu kmudian bulan  bahkan  sampai sekarang tak ada balasannya Marwah. Hampir  12 bulan berlalu setelah kukirim surat itu pada mu , tp tak  pernah kau membalas nya. Marwah seandainya kau tau .., betapa kecewanya aku pada mu karena kamu tak balas suratku.  Aku hanya ingin mengabadikan surat itu marwah, sebagai tanda bukti. Namun  kamu tak balas. Sehingga sempat aku berpikir mungkin kamu nggak pernah menganggap aku sebagai sahabatmu.  Kamu dekat dengan ku hanya karena kasian pada ku karena tak ada yang maau berteman dengan ku. Kamu lebih dekat dengan Keyla Mar, apakah hanya Keyla yang kamu anggab  sebagai sahabat ? karena aku lihat kalian lebih dekat dan bahkan keyla lebih banyak tau tentang kamu dibanding aku. Kebersamaan mu dengan Keyla lebih banyak dibanding aku.” Afidah menjelaskan semuanya pada marwah yang tak berdaya.

“marwah…, bangun sayang … bangun ,…,  kamu dengerin aku kan ngomong tadi.” Air mata Afidah mengalir deras.

“Marwah.. aku minta Maaf. Namun  walau pun kau tak membalas suratku ,  kebaikan dan pengorbanan mu pada ku begitu banyak.. aku  nyesal marwah nyi-nyiain kamu slama ini , aku nyesel menjauh dari kamu .., kamu tau marwah , betapa  kesepian nya aku tanpa kamu.  Aku minta maaf marwah .. aku minta  maaf selalu buat kamu kecewa.” Penyesalan Afidah terhadap marwah ia ungkapkan semua.

“Marwah .., aku ingin kita seperti dulu lagi. Seperti pertama kita berteman dulu.  Aku sayang sama kamu marwah . kamu adalah saahabat terbaikku . bahkan kamu adalah saudaraku ..,  walau kita beda ibu.” Lanjut Afidah.

Afidah menjelaskan semuanya panjang lebar  kepada Marwah yang tengah terbaring lemah dan tak sadarkan diri . dan entah apakah Marwah mendengar dan merasakan penyesalaan sahabatnya itu.

Kemudian tiba-tiba Mamah Marwah datang. “eh nak Fida.., sudah lama nak disini?”. Sapa Mamah Marwah. “lumayan tante  setelah pulang skolah aku langsung ke sini.” Sambil berdiri dan mengusap matanya yang habis menangis. “duduk sja nak disitu.” Seru Mamah Marwah. “iyah tante terima kasih. Oh iya tante, bolehkan aku ikut nginap malam ini di RS bersama tante menemani Marwah.???” Pinta Afidah. “iya. Tentu saja nak boleh. Asal kamu udah minta idzin ke orang tua mu di rumah . kasian kalau mereka kawatitr kamu ga pulang.” Nasihat mama MArwah. “i.. iya tante.” Dengan ragu marwah menjawab iya , karena marwah bekum idzin dengan orang rumah.

Keesokan Harinya.  Tepatnya Hari jum’at. Afidah bangun jam 5 subuh. Setelah sholat subuh Afidah pamit pulang pada Marwah yang masih terbaring lemah dan Maamanya karena Afidah harus kesekolah dan pasti orang di rumah Afidah mencari Afidah yang tak pulang semalam. Namun sebelum Afidah pulang ia menitipkan surat kepada Mama Marwah. Surat itu Afidah tulis sebelum ia tertidur semalam. Isinya tentang semua yang Afidah ungkapkan semalam. Semuanya Afidah jelaskan dalm surat itu.

Sekarang hari sabtu. Saat pulang Afidah ingin langsung ke RS lagi, namun karena ada pelajaran Tambahan  sehingga niatnyanke RS pun tertunda, stelah selesai ,  Afidah berencana langsung ke RS tapi.. sayang sekali orang tua Afidah telah menjemputnya di depan sekolah. Kemarin Afidah tidak pulang baru pulang tadi pagi jam 6. Orang tua Afidah tidak sempat menanyakan kemana Afidah pergi kemarin karena dia hanya pulang mandi dan setelah itu langsung berangkat kesekolah. Jadi orang tuan Afidah ingin mewawancarai Afidah dan harus pulang ke rumah. Terpaksa lagi-lagi niat Afidah untuk k RS melihat Marwah tertunda lagi.
***
Sementara itu di RS. Setelah Dokter memeriksa keadaan Marwah . tak lama kemudian Marwah sadarkan diri dari komanya. Walaupun kondisinya masih sangat lemah. Mamah sangat senang.

Saat Marwah Sadar, marwah merasa kehadiran sahabatnya. “Anakku , kamu sudah sadar nak.., mama senang sekali .., kaamu membuat mama cemas nak. Oh iya  kemarin Afidah kesini dia menemanimu seharian bersama mama, tapi kamu tak bangun-bangun nak …, ini  surat dari Afidah dia menitipkan nya untuk mu.” Seru mamah dengan senang karena Anaknya telah bangun.

Benar perasaan Marwah bahwa Afidah memang benar-benar menemui nya di RS ini . “Fi’ aku tau, dibalik sifatmu yang dingin itu kamu benar-benar perhatian pada ku , kamu masih peduli pada ku, terima kasih sahabatku.”  Kata Marwah dalam hati dengan senyuman di bibirnya dan memeluk surat itu. “iya mah , terima kasih.” Sambil memeluk mama nya. “nak, ga papa mama tinggalkan sendiri dulu, mama mau ke rumah dulu masakin papa dan adik mu.” Tanya mamah. “iya , ga papa kok mah.” Beneran ga apa kan mama tinggalin sendiri ??. cemas mama. “iya , mama ku sayang  Marwah ga apa kok.” Jawab Marwah dgn senyuman. “kalau gitu, mama pergi dulu ya nak. Secepatnya mama kembali.” Sambil mencium kening Marwah. “iya mah, hati-hati.” Nasihat Marwah.

Setelah mamah nya pergi Marwah baru membaca Surat dari Afidah.  Marwah membaca  surat itu dengan seksama.  Dalam keadaan membaca surat dari sahabatnya itu Marwah  tak henti-hentinya menagis tersedu-sedu.  Setelah membaca  surat  Afidah, Marwah kemudian mengambil pulpen dan kertas dan segera menulis membalas surat Afidah. Walaupun Marwah belum bisa terlalu menggerakkan tangannya namun ia berusaha untuk menulisnya walau dengan kesakitan sekalipun.

Dengan berlinang air Mata Marwah menulis surat itu untuk Afidah. Tiba-tiba ibu datang dan melihat anaknya dalam keadaan menangis sambil melipat surat untuk Afidah.

“Marwah, kamu kenapa nak ?”  Tanya mama kepada marwah.

“nggak kok mah , aku ga apa-apa. Mama aku boleh nanya sesuatu ga ?” Tanya balik Afidah pada mama nya.

“iya anakku , tentu saja boleh.” Jawab Mama.

“Mah, kalau aku pergi untuk selamanya. Mamah sedih ga ? dan orang-orang yang ada disekitarku akan sedih g mah ?” Tanya marwah dengan serius.!

“huss .. kamu bicara apa sih nak ? kami jangan ngomong seperti itu.umur kamu masih panjang nak.  Usia mu masih muda jangan pernah tinggalin mama nak.  Mama dan papa ga mau kehilangan kamu. Marwah anak mama dan papa satu-satunya perempuan .  mama dan papa ga mau kehilangan kamu nak. Mama yakin kamu pasti akan sembuh . mama yakin. Mama sayang kamu anakku ”  cemas mama atas  pertanyaan Marwah.

“iya mama . makasih . marwah juga sayang Mama. Mama . maarwah minta maaf kalau selama ini marwah banyak salah sama mama papa , kalau marwah sering ngecewain mama papa dan semuanya.” Pinta marwah.

“iya anak ku .. kamu ga ada salah kok sama mama , kamu adalah anak  kebanggaan mama.” Balas mama.

“iya ma. Makasih ya mamah. Oh iya ma. Boleh ga aku minta sesuatu?”

“apap pun yang kamu minta nak, tak ada ada yang tidak untuk mu.”

“maksih mama. Aku minta tolong.  Mama kasih surat ini ke Afidah kalau mama ketemu dia.  Satu lagi ma , di lemari kamar ku ada surat  warna biru …, mama ambil surat itu dan kasih ke Afidah juga.  Marwah selalau ga sempat ngasih ke Afidah.” Pinta Marwah.

“iya nak…, nanti mama kasih.” Jawab mama.
***

Keesokan harinya di hari ahad. “Marwah sayang , mama kembali kembali ke rumah dulu ya nak , papa dan adik mu mau ke sini. Sebentar saja kok. Sekalian mama mau ambil surat yang kamu maksud. ” Tanya mama pada pagi itu pada Marwah.

“iya ma. Hati-hati.” Jawab Marwah singkat.

Mama pun pulang ke rumah . sekitar 20 menit kemudian Mama kembali ke RS bersama papa dan adiknya. Saat mereka masuk ke kamar. Mereka melihat marwah sedang beristirahat. Marwah terlihat tertidur lelap sekali. Mereka tak tega membangunkan  Marwah.  3 jam kemudian mereka  masih melihat marwah dala keadaan yang sama. Mama mencoba membangunkan marwah , papa dan adiknya pun juga mencoba membangunkan Marwah. Namun Marwah tak bereaksi. Adiknya mmegang tangan marwah. “mama papa, tangan kak marwah dingi sekali.” Serentak mereka pun langsung memeriksa denyut nadi dan jantung  anaknya.  Mereka  seakan tak bisa percaya kini anaknya telah pergi untuk selama-lamanya.

Mama, Papa, dan Adik marwah sangat terpukul dan sedih atas kepergian Marwah. Namun mereka harus ikhlas karena semuanya kembali padaNya. Marwah pun kini telah Tiada.

***
Sementara itu Afidah  gelisah dirumah “hmmm …., kata ibu, aku boleh pergi setelah ibu balik dari pasar, ufh… ibu lama sekali.., aku mau ke RS melihat keadaan  Marwah , perasaan ku ga enak.” Batin Afidah menggerutu.

Afidah belum tau bahwa Marwah telah meninggal tadi pagi jam 9. Afidah tak  sadar  bahwa pertemuan terakhirnya  dengan marwah kemarin dulu hari Jum’at jam 5  subuh sebelum ia pulang saat menjenguk Marwah di RS.

Ibu Afidah baru pulang dari pasar setelah Sholat Dzuhur. Saat itu juga Afidah pamit pada ibunya untuk k RS menjenguk Marwah.

Sesampai di RS sekitar pukul 14.00 wita. Menuju ke Ruang rawat Marwah.  Namun Afidah melihat tak ada seorangpun di dalam. “Marwah kemana yah ? apa mungkin sudah pulang? Ah.., kayaknya tidak mungkin. Atau  ruangan kali ya  di ruangan uang lain???” piker Afidah bingung.

Tiba-tiba suster masuk kedalam dan membawa pasien lain untuk di tempatkan dalam ruangan itu. “suster , pasien bernama Marwah  Al-Mukarramah yang dirawat di ruangan ini kemana ya??” Tanya Afidah dengan penasaran.

“oohh.. mba belum tau ya?pasien yang dirawat diruangan ini sudah meninggal tadi pagi.sekitar jam 9.  Sudah dibawa pulang tadi oleh pihak keluarganya. Mari mba.” Jelas  suster tersebut.

Afidah kaget dengan jawaban suster tersebut. Aidah diam seakan tak percaya. Saat itu dia hanya berharap salah masuk ruangan dan berita yang didengarnya itu tidak benar.  Tapi setelah Afidah perhatikan baik-baik ruangan itu. Afidah tidak salah ini adalah ruangan yang kemarin di datangi Afidah.

“ga mungkin… ini gak mungkin terjadi.  Yaa ALLOH .., knapa mesti secepat ini ??” Afidah  shok,  kaget, sedih, dan seakan tak percaya  apa yang di timpa sahabatnya  yakni pergi untuk selama-lamanya.

Tampa pikir panjang  Afidah pun langsung menuju ke  rumah Marwah. Selama perjalanan kerumah  Marwah. Afidah tak henti-hentinya menangis. Berbagai penyesalan terhentak dalam dadanya. Seolah tak percaya.

Sesampai  di rumah  Marwah , Afidah melihat  ad bendera kuning di pagar  rumah Marwah. Namun hanya kesunyian yang dilihat di sekelilinganya.  Afidah masuk kedalam dan  mengetuk pintu.

“Assalamu ‘alaykum..” Afidah mengucap salam yang ke 3 kalinya baru ada jawaban dari dalam.

“wa a’alaykum salam.., nak Fida Mari masuk nak.” Sapa mama MArwah.

Seketika saat dibukakan pintu, Afidah langsung memeluk mama Marwah. “tante… kenapa Marwah pergi ninggalin kita secepat ini???”  menangis tersedu-sedu.

“Sudah nak…, yang sabar.., ayo duduk dulu.” Seru Mama Marwah.

“iya tante, terima kasih.” Afidah  masuk mengikuti mama Marwah dan di persilahkannya duduk di ruang tamu. Afidah melihat  mata mama Marwah dalam keadaan seperti habis menangis.  Mama pun melihat hal yang sama pada mata Afidah.  Keduanya senyap dalam keheningan sambil terisak-isak. Tak ada yang sanggup memulai pembicaraan.
Dengan terbata-bata Afidah mulai membuka mulut dan memulai pembicaraan. “tante aku turut berduka atas  kepergian Marwah yang secepat ini.  Tak ada yang ,menyangaka bahwa marwah akan perrgi  meninggalkan kita.  Marwah adalah anak yang sangat baik . aku sangat beruntung tante bisa menjadi bagian dari kehidupan  Marwah.”

“Iya nak..,  Marwah sekarang  sudah pergi meninggalkan kita semua. Marwah pergi dengan cara yang baik-baik.. sebelum ia pergi Marwag sempat Minat Maaf, pada tante , papanya dan semuanya, termasuk kepada Mu nak. Oh iya  tunggu sebentar” Mama kemudian meninggalkan Afidah sejenak lalu kembali dengan membawa dua buah amplop yang satu berwana biru dan yang satunya berwarna putih.  Mama kemudian memberi Afidah kedua amplop itu. “nak sebelum Marwah meninggal , ia menitipkan surat ini untuk mu.” Sambil mengarahkan surat itu ke Afidah.

Afidah  mengulurkan tangannya dan mengambil ke 2 surat itu. “terima Kasih tante.”.

“Tante aku minta maaf,  aku tak hadir saat pemakaman Marwah. Aku baru tau berita meninggalnya Marwh tadi saat di RS. Aku sangat menyesal tante kenapa  aku tidak menemani Marwah,. Kenapa aku ga ada di saat detik-detik terkhir kehidupan Marwh. Kenapa aku ga menemaninya di RS. Tante.., aku sayang Mrwah Tante, marwah seudah seperti saudarku sendiri.” Afidah mengungkapkan perasaannya pada Mama Marwah.

“sabar nak.. marwah juga pasti mengerti, itu tidak jadi masalh. Kita semua sayang pada marwah.” Balas Mamah.

“Tante , dimama Marwah di kebumikan ? dimama Marwah dimakamkan. Aku mau menemuinya.” Tanya Marwah.

“tapi, hari sudah mulai sore. Tidak besok saja nak ??” jawab Mama.

“tidak tante. Aku nggak mau penyesalan ini semakin berlarut . Aku mau menemui Marwah.”

“terserah kamu saja nak.  Alamanya dijalan Pettarani. Pemakaman Muslim. Kamu cari saja  makam nya sebelah kanan cari namanya di batu Nisan Marwah Al-Mukarramah binti Syahrul. ” jelas mama menjelaskan.

“iya tante, terima kasih atas informasinya. Aku  permisis dulu.  Yang sabar ya tante. Ini cobaan dari ALLOH bagi kita yang di tinggalkannya.”

“iya nak terima kasih.”

“saya permisi dulu tante, Assalamu ‘alaykum.” Afidah berdiri dan menyalami mama marwah.

“iya nak, hati-hati. Wa ‘alaykum salam.”

***
Sesampai di pemakman.  Tak sulit Afidah mencari makam Marwah  ketika tiba di depan makam marwah, Afidah tak sanggub membendung kesedihannya.

Afidah kmudian mendoa’ kan Marwah. Setelah itu  Afidah mentap makam Marwah secara mendalam. “Marwah… kenapa kamu ninggalin aku ??” tiba-tiba Afidah teringat dengan  surat dari Marwah yang   diberikan tadi oleh Mama nya Marwah. Afidah pun membaca surat yang pertama yang berwarna biru.

UNTUK SAHABATKU AFIDAH.
Kamis Makassar, 16 Februari 2012
Assalamu a’laykum wa rohmatullohi wa baro kaa tuh…
Hanya satu kalimat yang ingin ku ucapkan.
“Aku Ingin Jadi sahabat mu”

Afidah, terima kasih karena kamu telah emilihku untuk jadi sahabatmu. Mudah-mudah an kamu tidak salah memilih ku jadi sahabat mu. Sejak pertama bertemu kamu. Sempat terlintas di benakku ingn menjalin persahbatan dengan kamu Fi’ … dan hal itu terwujud hari ini. Terima kasih Afidah.

Pesan ku buat kamu:
•    Aku mau kamu tidak mudah marah hanya karena masalah sepeleh.
•    Aku mau keegoisanmu yang hanya mementingkan diri sendiri dihilangkan agar banyak orang yang suka sifatmu.

Untuk menjalin persahabatan dengan ku bukannya aku mau kasih kamu syarat berteman Fi’. Nggak. Emlainkan aku hanya ingin  menghilangkan sikap ataaupun sifatmu yang menurut pendapat orang lain  itu tidak baik. Sebaba aku mau lihat kamu  menjadi orang yang penting  bagi orang lain. Agar setiap perjalanan hidupmu lebih termaknai  dengan keberadaan mu yang disenangi oleh orang lain….
MARWAH AL MUKARRAMAH 

Afidah terharu membaca surat itu. Surat itu adalah surat yang selama ini Afidah  nanti-nanti dari Marwah. Jawaban dari surat pertamanya sekitar 12 bulan yang lalu. “ternyata memang benar Mar… kamu  telah lama menulis itu untukku.” Afidah baru percaya pada Marwah tentang surat itu karena  Afidah member surat pada Marwah  hari Rabu 15 Februari dan marwah membalasnya pada tanggal 16 Februari. “Tapi.. kenapa kamu nggak langsung ngasih surat itu ke aku marwah ? kamu sendiri yang membuat ku berfikiran yang tidak-tidak padamu…, maafkan aku sahabat kuu .. ”

Kemudian Afidah  membaca surat kedua . dalam surat tersebut  jelas hari dan tanggalnya  Marwah menulis surat itu 2 hari yang lalu setelah aku menjaga marwah di RS.

UNTUK SAHABATKU AFIDAH.
Jum’at, Makassar 15  desember 2012

Afidah sahabatku. Aku minta maaf karena aku telah mambuatmu kecewa selama ini tampa aku sadari.  Aku tidak peka terhadap perasaan mu.  Seharusnya aku lebih mengerti tentang kamu mengenai surat itu.  Jujur Afidah aku benar-benar telah membalas suratmu.  Tapi , aku selalu menunggu waktu yang tepat untuk memberikannya pada mu.  Selain itu aku benar-benar selalu lupa Fi’…, aku tau ini salah ku dan pikiran ku kamu sudah tidak butuh lagi jawaban  melalui surat itu . karena aku telah menjawabnya secara lisan , tapi aku baru sadar sekarang kalau jawaban surat itu snagt berarti buat kamu. Aaku minta maaf Afidah aku minta Maaf. Tapi percaya lah aku benar-benar telah menulisnya . surat itu ada di lemari kamar ku tersimpan rapi . dan aku berjanji padamu , sebelum aku meninggalkan kamu dan semuanya pergi dari dunia ini aku akan memberikan surat itu padamu.  kamu akan mendapatkan surat itu Fi’. Aku janji. “

Kemudian masalah kedekatan ku dengan  Keyla.  Dengan rasa sedih aku menulis surat ini untuk kamu Afidah. Entah bagaimana lagi caranya   aku bisa bicara dengan kamu. Yang perlu kamu ketahui Fi’  kalau selama ini sebelum  kamu dekat dengan ku aku itu sudah  menganggapmu sebagai sahabatku. Tapi saya belum tau pasti apakah kamu  juga bersedia jadi sahabatku atau tidak ?? sebenarnya aku memang dekat dengan Keyla , karena hanya Keyla yang cocok dengan ku dikelas saat diskusi pelajaran berbagi pengtahuan. Aku ingin kamu juga menjalin persahbatan dengan Keyla bukannya cemburu seperti  ini . Karena kalian berdua sangat berarti buat aku. Kamu ga boleh egois Fi’. Aku ga mau kamu membenci orang lain karena aku dekat dengan dia. Kita semua ini sama. Tinggal bagaiman m=kamu mau menerima nya dengan baik.

Melalui surat ini aku minta maaf yang sebesar-besarnya atas perbuatan ku  ataupun ucapan ku yang membuat kamu tidak senang ataupun marah padaku.  Aku sadar Fi’ mungkin kamu   tidak pantas menginginkan kujadi sahabatmu. Karena saya mempunyai banyak kekurangan. Termasuk penyakit mematikan ini  yang dapat mengambil nyawaku kapan saja. Apa yang mau dibanggakan dari ku ? aku hanya membuat orang lain susah dan mungkin selama kamu dekat dengan ku kamu hany mendapat musibah dan aku hany sering membuat mu sedih.

Kalau masalah penyakit ku ini aku minta maasf tidak pernah menceritaknnya pada mu. Aku selalu mencari waktu yang tepat member tahukan nya padamu , aku ingin sering kasih tau kamu tentang penyakit yang ku derita tapi kamu keburu marah pada ku , sehingga kamu ga mau dengerin aku ngomong. Kamu ga mau bicara pada k . yang ,mana  aku baru tau penyebab semuanya . dan itu hanya kesalah pahaman mu Fi’.

Dan kalau kamu beranggapan  aku lupa sama kamu saat aku bersama Keyla, kamu salah BESAR Fi’ , salah.  Itu tidak benar. Aku ingin  juga selalu sama kamu . tapi kalau aku sama Keyla kamu selalu menghindar.

Mungkin dalam situasi ini kamu salah paham Fi’. Maka dari itu melalui surat ini aku mau memperjelas semua masalah diantara kita.

Sekali lagi aku minta Maaf  Afidah. …

Jika suatu saat aku pergi untuk selama-lamanya aku harap kamu bisa mengubah sikap ke egoisan mu itu. Aku bilang seperti ini Karen aku sayang sama kamu F’. aku mau kamu berubah.  Kamu jangan membatasi pertemananmu hanya pada 1 orang. Wawsan kamu tidak akan bertambah.  Dan suatu saat kamu akan mendapatkan seorang yang benar-benar bisa mengerti kamu yang lebih baik . aku yakin itu.

Afidah kamu adalah sahabat terbaik yang aku punya. Sahabatku yang paling unik , yang paling manja. Dan yang paling egois . heheh  aku menyayangi mu Afidah.

Afidah sahabatku….

Saat aku pergi nanti , jika kamu ingin menangis ,.,,, menangislah…. menangislah untuku…, itu sebagai tanda kalau kamu sedih atas kepergianku. Berarti kamu menyayangiku. Namun pesan ku jangan terlarut dalam kesedihan mendalam.

Rindukanlah aku selalu Karena aku selalu merrindukan mu Afidah.

 Salam sayang dan  Rinduku
untuk sahbatuku Afidah


MARWAH 


Surat yang ke dua ini adalah jawaban dari surat  yang di tulis Afidah saat ia mengungkapkan dan menjelaskan semuanya tentang kesalahpahaman dan keegoisannya serta permintaan maaf Afidah atas perubahannya. Semua dijelaskan  Afidah untuk marwah melalui surat karena Marwah tidak bangun-bangun waktu itu. Dan kini Marwah kembali membalas surat itu sebelum ia Meninggal.

Afidah membaca secara seksama kalimat demi kalimat dalam surat  Marwah,.

“marwaah .. kenapa kamu tega ngelakuin ini ??? kamu ninggalin aku sendiri. Aku sangat menyesal Mar.. menyia-nyiakan perhatian kamu selama ini. Sekarang aku ingin perhatian kamu, tapi itu sudah tidak mungkin. Dulu  kamu memberikan canda tawa mu pada ku , tapi aku mengabaiknya, sekarang aku ingin canda tawamu itu untukku, tapi itu sudah tidak mungkin. Dulu kamu bicara pada ku, tapi aku tak mau dengar apa yang kamu katakana , kekarang aku mau kamu bicara padaku dan aku mau mendengarkan mu marwah .. tapi .. itu sudah tidak mungkin. Dulu kamu selalu berusaha untuk menemui  ku tapi aku tak mau menemui mu, sekarang aku mau kamu menemuiku, dan aku mau menemuimu .. tpi .., itu sudah tidak mungkin ?  :’( ” penyesalan Afidah sudah sangat terlambat. Marwah sudah tidak ada .

“yaa ALLOH .. apakah ini hokum karma buat ku ?? marwah maafkan aku.., maafkan atas keegoisanku selama ini…, aku baru mengerti dan menyadari semuanya sekarang. Aku baru menyadari betapa tulusnya kamu  menjadikanku sahabatmu. Dan betapa bodohnya aku menyia-nyiakan mu.  Betapa egoisnya aku mementingkan diri sendiri.  Sekarang aku baru menyesal I atas semua perbuatanku pada mu Marwah Maafkan Aku. Andaikan waktu bisa di putar. Aku berjanji Ma… aku janji akn mengubah sifat burukku ini aku tak mau penyesalan ini terulang untuk kedua  kalinya. Terima kasih sahabatku untuk semuanya. Aku menyayangimu karena ALLOH.”  Batin Afidah dalam Hati sambil memeluk makam Marwah.


#Selesai#

by NWS :) Nur Wahidah Syamsu









KEEGOISAN BERUJUNG PENYESALAN
Awalnya  persahabatan Afidah dan Marwah sangat dekat bahkan seperti saudara. Karena Afidah memang anak tunggal. Ia  tak mempunyai saudara. Afidah selalu merasa kesepian, namun dengan  sifat Afidah  yang sangat egois membuat nya  tak ada yang mau berteman  dan menjadi sahabatnya.  Walaupun  ada hanya sebatas teman biasa tidak lebih.
Sampai pada suatu saat Afidah bertemu dengan seseorang yang bernamaMarwah, satu-satunya orang yang paling mengerti dengan sifat dan keadaan Afidah, dan mau berteman  dengan tulus kepada Afidah,  ia sangat sabar menghadapi sikap Afidah yang sangat egois. Tampa pernah lelah Marwah selalu memberi masukan , dan menasihati Afidah agar bisa menjadi orang yang lebih baik dan di senangi oleh semua orang.
Suatu hari di sekolah. Marwah menghampiri Afidah, namun Afidah malah berusaha untuk menjauh
.”Fi, kamu kenapa sih makin jauh dari aku ? kalau aku punya salah , aku minta maaf Fi” ucap marwah dengan sedih.
“Nggak kok, itu hanya perasaan kamu saja” balas Afidah singkat.
“Fi, kamu harus jujur, aku nggak mau kalau ada yang kamu rahasiakan diantara kita. Apa gunanya seorang sahabat kalau tidak terbuka. Aku  tau persis siapa kamu, sifat kamu bagaimana, tidak seperti biasanya kamu kayak gini. Aku  tau kamu menyembunyikan sesuatu dari ku , kamu pasti sedang punya masalah”. Ucap  Marwah kepada Afidah.  Marwah merasa  bingung dengan sikap Afidah belakangan  ini. Marwah kemudian menatap Afidah dengan tajam. Namun Afidah menunduk dan diam saja.

“Afidah , ayo jawab aku ..??? kamu gengarkan aku ngomong apa?  Masalah tidak akan terselesaikan kalau kamu diam saja. Lihat mataku Fi…!!”. Sambil memegang ke dua bahu Afidah dengan kencang! Namun Afidah tetap saja dengan reaksi yang sama  menundukkan kepalanya tak berani menatap Marwah dan diam.

“Ufh … baiklah Fi kalau kamu belum mau cerita!mungkin belum sekarang saatnya. Apapun masalahnya aku harap kamu tetap harus cerita kepadaku.ingan Afidah aku ini sahabatmu apapun yang terjadi aku akan tetap selalu ada buat kamu dalam suka maupun duka!” pinta Marwah.

“Tinggalkan aku sendiri Mar, Tinggalkan aku sendiri” kata Afidah dengan Nada lembut yang menyedihkan.

***
Waktu terus berjalan  hari berganti hari sampai minggu berganti minggu. Sikap Afidah  masih sama tetap dingin terhadap Marwah. Bahkan makin parah. Setiap Marwah mendekati Afidah , ia langsung beranjak pergi bahkan tak mau menatapnya, Afidah menjahui Marwah.

Marwah merasa sangat sedih dengan perubahan sahabatnya, entah apa yang terjadi pada sahabatnya  itu. Hingga berbagai tanda Tanya  dan kebingungan pun   melanda Fikirannya.

“Afidah kenapa yah ? masalah apa sebenarnya yang dia sembunyikan dari ku ? kenapa dia menjauh ? apa karena Afidah Merasa tidak cocok dan  merasa tidak Nyaman bersahabat dengan ku ? atau karena Aku telah menyakiti hati afidah dengan kataku yang menyinggungnya? Atau karena sikap ku yang salah terhadapnya ? atau Afidah telah dapat sahabat yang lebih baik dari ku sehingga Afidah tak mau lagi bersahabat dengan ku ? atau karena Semuanya ? Arghh…. Aku bingung!!!” Marwah benar-benar bingung. Dia juga tak mau menuduh Afidah yang tidak-tidak sebelum afidah yang jelaskan sendiri semua padanya apayang sebenarnya terjadi.

Marwah sangat berharap Afidah dapat mengubah sikap buruknya itu. Namun disis lain sebenarnya Afidah  juga merasa bersalah, sedih ,dan kesepian  jauh dari Marwah.

Pada suatu Malam  didalam kamar nya, Afidah mengingat semua kebaikan dan pengorbanan Marwah padanya. Afidah  merenungi dan  mengingat-ingat kembali semua yang pernah Marwah lakukan dan berikan padanya.

“Selama ini Marwah yang selalu membantuku  saat kapan pun saya membutuhkannya.” Lamunan Afidah.
Beberapa diantara nya perhatian Marwah. “Dulu saat Aku membutuhkan Marwah untuk dijelaskan tentang pelajaran yang tidak ku mengeerti, tugas-tugas dan PR ku untuk dibantu mengerjakannya. Marwah dengan senang hati  membantu ku  dengan tulus. Padahal saya juga tau dikelas Marwah tak jauh beda dengan ku   tugas-tugas dan PR Marwah juga menumpuk. Tapi marwah lebih mengutamakan selalu  aku  dari pada dirinya sendiri. Setiap aku meminta sesuatu keapada marwah tak pernah marwah berkata TIDAK untukku . begitu banyak perhatian dan pengorbanan Marwah untuk aku. Mengapa aku begitu bodoh bersifat dingin terhadap Marwah ???” Lamunan Afidah.

Kemudian Afidah melanjutkan lamunan nya dan mengingat-ingat kembali. “Tapi…., semenjak kedekatannya dengan Keyla perlahan aku merasa Marwah berubah?” fikiran buruk Afidah kepada Marwah.

Sebenarnya bukan Marwah yang berubah  tapi Afidah yang tak mau mengerti. Afidah kembali lagi memunculkan sifat lamanya  yaitu ke egoisannya. “sebenarnya aku merasa cembunru dan merasa tidak nyaman  marwah dekat dengan orang lain. Aku tidak ingin kasih sayang Sahabat ku Marwah terbagi. Aku hanya ingin marwah menjadi sahabatku . bukan sahabat orang lain. TITIK. aku merasa Marwah yang aku kenal dulu bukan lagi Marwah yang sekarang.  “  sikap egoisme Afidah benar-benar telah merasuki dirinya, Afidah hanya memikirkan dirinya sendiri.

“Tapi kalau dipikir-pikir Sebenarnya Marwah tidak berubah, saat itu memang masa-masa puncaknya menumpuk tugas dari setiap mata pelajaran yang harus marwah selesaikan karena ujian semester makin dekat, aku pun juga seperti itu , sehingga membuat marwah jarang dan bahkan tidak sempat mengunjungi ku. Aku benar-benar tidak bisa mengerti posisi dan keadaan Marwah saat itu. Fikiran ku sudah tidak jernih sehingga Aku berfikiran buruk pada Marwah. Yaa ALLOH  betapa bodohnya aku.” Pikiran Afidah mulai positif Afidah sudah mulai menyesali sikapnya terhadap Marwah. Afidah pun memutuskan untuk besok menemui Marwah dan minta maaf padanya.

***
Keesokan harinya disekolah. Afidah  kemudian memutuskan untuk meminta maaf kepada Marwah. Tapi sayang sekali , saat Afidah mencari-cari Marwah dikelasnya, di kantin, dan disekatar sekolah Marwah tidak ada. “Marwah kemana yah ??  seperti nya hari ini dia ga masuk skolah deh ,..! kalau begitu besok sajalah ..!” pikir Afidah dalam hati.

Keesokan harinya Afidah  kembali mencari Marwah namun , sama seperti kemarin tetap tidak ada,  sampai 4 hari berlalu Afidah cari Marwah Namun Marwah tak masuk skolah.  Kemudian Afidah memutuskan untuk bertanya kepada Keyla teman sebangku Marwah. Saat Afidah menuju kearah Keyla baru Afidah ingin bertanya , keyla udah bertanya duluan.

“Hey Fi, kamu pasti lagi nyariin Marwah kan ?” sapa keyla.
“Hmmm.. iyah…! Kenapa Marwah ga masuk skolah Key, apa dia pulang ke kampungnya ?” Tanya Afidah.
“kamu belum tau ya?? Tidak Fi’  Marwah lagi sakit. Sepertinya penyakit Marwah Kumat lagi.” Jawab Keyla.
“penyakit ?  penyakit apa ? memangnya marwah sakit apa ?” Afidah kaget mendengar jawaban Keyla.

“Marwah sejak kecil terkena penyakit LIVER dan penyakitnya ini tidak bisa  disembuhkan dan  setauku   Liver itu dapat mengambil nyawa kita kapan pun jika sudah sangat parah . penyakit  liver hanya bisa sembuh dengan 1 cara jika dilakukan Tranfalasi Hati. Kasian Marwah ! dia masih sangat muda , perjalanan nya masih panjang namun Dia dihantui dengan penyakit mematikan itu. Walau demikian , aku lihat Marwah tak pernah mengeluh  , dia jalani kehidupannya dengan Semangat dan  ceria seakan tak terjadi apa-apa dengannnya.” Panjang lebar keyla menjelaskan dengan mata yang berkaca-kaca.

“Oh iya,satu lagi aku lihat selama Marwah tak pernah lagi bersama kamu Fi’,  Marwah lebih sedih kebanyakn ngelamun, sedih dan diam, dia cerita tentang kamu terus. Marwah selalu bilang kalau dia rindu skali sama kamu, senyuman mu padanya, canda tawamu , dia rindu kamu yang dulu.” Lanjut Marwah.

Tampa Afidah sadari  saat Keyla menjelaskan semua tentang keadaan Marwah slam ini air mata itu tak bisa dibendung. Afidah sangat merasa bersalah terhadap diri nya sendiri terlebih terhadap Marwah slama ini Dia benar-benar telah buruk sangka pada sahabtnya. Namun disisi lain Afidah  juga  merasa kecewa kepada Marwah karena Marwah tidak pernah cerita   pada Afidah klau Maarwah sakit.

“mengapa kanapa kamu tidak pernah cerita kepada ku Mar tentang sakit mu itu . kenapa kamu ga terbuka masalah ini pada ku .., kenapa malah Keyla yang lebih tau banyak tentang kamu ?  :’( ” kekecewaan Afidah dalam hati. Hatii Afidah pun bercampur aduk  antara sedih , kecewa, menyesal.

“hello.. Fi’ jangan ngelamun dong. Aku ngerti kok kesedihan kamu .” keyla mengakhiri lamunan Afidah.

“eh , nggak kok.. diii’.. di Rumah Sakit mana Marwah di rawat ???”  Tanya Afidah dengan terbata-bata.

“di RS Wahidin. Ini alamat lengkapnyya” keyla mengambil kertas dan pulpen menuliskan Alamat RS Marawah di rawat kemudian memberikannya pada Afidah.

“yah ,, jalan sudirman no 14.” Afidah membaca kertas dari Keyla. “Makasih ya key.”

“iya. Sama-sama. Buru deh kamu ke RS , aku yakin Marwah udah nungguin kedatanganmu.” Keyla berusaha menghibur Afidah.

“iya, stelah pulang skolah ini aku langsung kesana.”

***
Saat pulang skolah  Afidah dengan masih menggunakan  seragam sekolah yang lengkap Afidah langsung menuju ke RS  untuk menemui Marwah dan ingin minta maaf padanya , juga menceritakan semua nya mengapa ia menjauh dari Marwah. Afidah ingin mengulang semuanya dari awal lagi.

Ketika Afidah telah sampai di RS. Afidah mendapatkan   kondisi  Marwah yang terbaring lemah di RS  dalam keadaan tak sadarkan diri. 

Afidah kemudian duduk disamping pembaringan Marwah. “Marwah … kamu bangun dong … kenapa di saat aku mau baikan sama kamu , dan aku mulai mau berubah keadaann kamu malah seperti ini, aku tau Marwah dulu saat kamu bicara  aku tak mau dngerin kamu , tapi sekarang di saat  aku mau kamu bicara  kamu malah diam. Marwah  kamu kan dulu mau tau kenapa aku berubah, sekarang aku mau jelasin semuanya Mar , aku mohon kamu bangun Mar .., aku mau jelasin semuanya. “Afidah menangis ter sedu-sedu melihat keadaan sahabatnya yang tak berdaya.

Afidah sambil memegang tangan Marwah “Maafkan aku marwah,  sebenarnya aku seperti ini karena aku cemburu ngeliat kamu lebih dekat dengan Keyla. Memang aku tau kalau kalian dekat karena satu kelas. Tapi aku lihat kebersamaan kalian lebih dekat dari pada bersamaku.  Waktu itu kamu tidak pernah lagi kekelasku, aku merasa kamu makin jauh dari ku.   Tapi .. baru saya sadari kemarin Mar, saat Keyla jelaskan semua nya ke aku. Aku yang salah Marwah, aku yang salah … terlalau berpikiran buruk pada Mu.., maafkan aku Marwah . ! “

Walaupun marwah dalam keadaan terbaring lemah dan tak sadarkan diri Afidah  tetap saja melanjutkan penjelasannya “Selain itu ,, sebenarnya ada satu hal lagi yang membuat ku menjau Dari kamu Mar, sebenarnya aku juga kecewa  padamu . karena sampai sekarang kamu belum juga membalas surat ku. Walaupun sebenarnya kamu menjawab pertanyaan dari suratku langsung secara lisan mu, tapi jujur Marwah, jawaban melalui surat itu sangat berarti buatku .., kalau hanya lisan 1 kali kamu bilang lagsung berlalu namun jika dengan surat , bisa aku simpan baik-baik dan kapan pun aku ingin lihat kamu mengakuiku sebagai sahabat ku bisa dengan membaca surat itu. Memang benar apa yang kamu katakan kalau persahabattn itu di buktikan dengan perbuatan. Namun aku ingin surat itu menjadi saksi bisu untuk persahabatna kita marwah .., tapi kamu ga pernah ngerti aku masalah ini. “

“waktu pertama aku  memberi  surat itu pada mu, hatiku sangat senang sekali  dengan harapan kamu menjawb pertanyaan ku. Apakah kamu bersedia menjadi sahabatku ?   apakah kamu bersedia menjadi teman curhatku dikala suka maupun duka ?  apakah kamu bersedia menasihati dan mengingatkan ku disaat aku melakukan kesalahan ? aku ingin bersahabat dengan mu Marwah.  Aku sangat senang dengan sikap dan sifatmu yang sopan, ramah , Baik, cerdas dan aku lihat kamu tidak memilih-milih teman dalam bergaul. Sangat beruntung orang yang bersahabat dengan mu Marwah. Dan aku ingin menjadi orang yang beruntung itu.” Lanjut Afidah.
“sekarang aku merasa sudah termasuk orang beruntung itu marwah, terima kasih kamu telah bersedia menjadi sahabtku,  tapi tetep saja sebenarnya saya sangat mengharapkan balasan Surai itu secara TERTULIS Marwah.”

“Setelah aku berikan surat itu pada mu, keesokan harinya aku menunngu balasannya , namun tak ada, aku pun memakluminya. Kemudian aku nunggu Hari ke 2 sampai ke 3 . hasil nya sama seperti kmarin tak ada balasan darimu. Kamu hanya bilang selalu lupa, lupa daan lupa , walaupun kamu bawa kamu  slalu bilang  nyari  waktu yang tepat untuk ngasuh ke aku . tapi apa ? hari berganti menjadi minggu kmudian bulan  bahkan  sampai sekarang tak ada balasannya Marwah. Hampir  12 bulan berlalu setelah kukirim surat itu pada mu , tp tak  pernah kau membalas nya. Marwah seandainya kau tau .., betapa kecewanya aku pada mu karena kamu tak balas suratku.  Aku hanya ingin mengabadikan surat itu marwah, sebagai tanda bukti. Namun  kamu tak balas. Sehingga sempat aku berpikir mungkin kamu nggak pernah menganggap aku sebagai sahabatmu.  Kamu dekat dengan ku hanya karena kasian pada ku karena tak ada yang maau berteman dengan ku. Kamu lebih dekat dengan Keyla Mar, apakah hanya Keyla yang kamu anggab  sebagai sahabat ? karena aku lihat kalian lebih dekat dan bahkan keyla lebih banyak tau tentang kamu dibanding aku. Kebersamaan mu dengan Keyla lebih banyak dibanding aku.” Afidah menjelaskan semuanya pada marwah yang tak berdaya.

“marwah…, bangun sayang … bangun ,…,  kamu dengerin aku kan ngomong tadi.” Air mata Afidah mengalir deras.

“Marwah.. aku minta Maaf. Namun  walau pun kau tak membalas suratku ,  kebaikan dan pengorbanan mu pada ku begitu banyak.. aku  nyesal marwah nyi-nyiain kamu slama ini , aku nyesel menjauh dari kamu .., kamu tau marwah , betapa  kesepian nya aku tanpa kamu.  Aku minta maaf marwah .. aku minta  maaf selalu buat kamu kecewa.” Penyesalan Afidah terhadap marwah ia ungkapkan semua.

“Marwah .., aku ingin kita seperti dulu lagi. Seperti pertama kita berteman dulu.  Aku sayang sama kamu marwah . kamu adalah saahabat terbaikku . bahkan kamu adalah saudaraku ..,  walau kita beda ibu.” Lanjut Afidah.

Afidah menjelaskan semuanya panjang lebar  kepada Marwah yang tengah terbaring lemah dan tak sadarkan diri . dan entah apakah Marwah mendengar dan merasakan penyesalaan sahabatnya itu.

Kemudian tiba-tiba Mamah Marwah datang. “eh nak Fida.., sudah lama nak disini?”. Sapa Mamah Marwah. “lumayan tante  setelah pulang skolah aku langsung ke sini.” Sambil berdiri dan mengusap matanya yang habis menangis. “duduk sja nak disitu.” Seru Mamah Marwah. “iyah tante terima kasih. Oh iya tante, bolehkan aku ikut nginap malam ini di RS bersama tante menemani Marwah.???” Pinta Afidah. “iya. Tentu saja nak boleh. Asal kamu udah minta idzin ke orang tua mu di rumah . kasian kalau mereka kawatitr kamu ga pulang.” Nasihat mama MArwah. “i.. iya tante.” Dengan ragu marwah menjawab iya , karena marwah bekum idzin dengan orang rumah.

Keesokan Harinya.  Tepatnya Hari jum’at. Afidah bangun jam 5 subuh. Setelah sholat subuh Afidah pamit pulang pada Marwah yang masih terbaring lemah dan Maamanya karena Afidah harus kesekolah dan pasti orang di rumah Afidah mencari Afidah yang tak pulang semalam. Namun sebelum Afidah pulang ia menitipkan surat kepada Mama Marwah. Surat itu Afidah tulis sebelum ia tertidur semalam. Isinya tentang semua yang Afidah ungkapkan semalam. Semuanya Afidah jelaskan dalm surat itu.

Sekarang hari sabtu. Saat pulang Afidah ingin langsung ke RS lagi, namun karena ada pelajaran Tambahan  sehingga niatnyanke RS pun tertunda, stelah selesai ,  Afidah berencana langsung ke RS tapi.. sayang sekali orang tua Afidah telah menjemputnya di depan sekolah. Kemarin Afidah tidak pulang baru pulang tadi pagi jam 6. Orang tua Afidah tidak sempat menanyakan kemana Afidah pergi kemarin karena dia hanya pulang mandi dan setelah itu langsung berangkat kesekolah. Jadi orang tuan Afidah ingin mewawancarai Afidah dan harus pulang ke rumah. Terpaksa lagi-lagi niat Afidah untuk k RS melihat Marwah tertunda lagi.
***
Sementara itu di RS. Setelah Dokter memeriksa keadaan Marwah . tak lama kemudian Marwah sadarkan diri dari komanya. Walaupun kondisinya masih sangat lemah. Mamah sangat senang.

Saat Marwah Sadar, marwah merasa kehadiran sahabatnya. “Anakku , kamu sudah sadar nak.., mama senang sekali .., kaamu membuat mama cemas nak. Oh iya  kemarin Afidah kesini dia menemanimu seharian bersama mama, tapi kamu tak bangun-bangun nak …, ini  surat dari Afidah dia menitipkan nya untuk mu.” Seru mamah dengan senang karena Anaknya telah bangun.

Benar perasaan Marwah bahwa Afidah memang benar-benar menemui nya di RS ini . “Fi’ aku tau, dibalik sifatmu yang dingin itu kamu benar-benar perhatian pada ku , kamu masih peduli pada ku, terima kasih sahabatku.”  Kata Marwah dalam hati dengan senyuman di bibirnya dan memeluk surat itu. “iya mah , terima kasih.” Sambil memeluk mama nya. “nak, ga papa mama tinggalkan sendiri dulu, mama mau ke rumah dulu masakin papa dan adik mu.” Tanya mamah. “iya , ga papa kok mah.” Beneran ga apa kan mama tinggalin sendiri ??. cemas mama. “iya , mama ku sayang  Marwah ga apa kok.” Jawab Marwah dgn senyuman. “kalau gitu, mama pergi dulu ya nak. Secepatnya mama kembali.” Sambil mencium kening Marwah. “iya mah, hati-hati.” Nasihat Marwah.

Setelah mamah nya pergi Marwah baru membaca Surat dari Afidah.  Marwah membaca  surat itu dengan seksama.  Dalam keadaan membaca surat dari sahabatnya itu Marwah  tak henti-hentinya menagis tersedu-sedu.  Setelah membaca  surat  Afidah, Marwah kemudian mengambil pulpen dan kertas dan segera menulis membalas surat Afidah. Walaupun Marwah belum bisa terlalu menggerakkan tangannya namun ia berusaha untuk menulisnya walau dengan kesakitan sekalipun.

Dengan berlinang air Mata Marwah menulis surat itu untuk Afidah. Tiba-tiba ibu datang dan melihat anaknya dalam keadaan menangis sambil melipat surat untuk Afidah.

“Marwah, kamu kenapa nak ?”  Tanya mama kepada marwah.

“nggak kok mah , aku ga apa-apa. Mama aku boleh nanya sesuatu ga ?” Tanya balik Afidah pada mama nya.

“iya anakku , tentu saja boleh.” Jawab Mama.

“Mah, kalau aku pergi untuk selamanya. Mamah sedih ga ? dan orang-orang yang ada disekitarku akan sedih g mah ?” Tanya marwah dengan serius.!

“huss .. kamu bicara apa sih nak ? kami jangan ngomong seperti itu.umur kamu masih panjang nak.  Usia mu masih muda jangan pernah tinggalin mama nak.  Mama dan papa ga mau kehilangan kamu. Marwah anak mama dan papa satu-satunya perempuan .  mama dan papa ga mau kehilangan kamu nak. Mama yakin kamu pasti akan sembuh . mama yakin. Mama sayang kamu anakku ”  cemas mama atas  pertanyaan Marwah.

“iya mama . makasih . marwah juga sayang Mama. Mama . maarwah minta maaf kalau selama ini marwah banyak salah sama mama papa , kalau marwah sering ngecewain mama papa dan semuanya.” Pinta marwah.

“iya anak ku .. kamu ga ada salah kok sama mama , kamu adalah anak  kebanggaan mama.” Balas mama.

“iya ma. Makasih ya mamah. Oh iya ma. Boleh ga aku minta sesuatu?”

“apap pun yang kamu minta nak, tak ada ada yang tidak untuk mu.”

“maksih mama. Aku minta tolong.  Mama kasih surat ini ke Afidah kalau mama ketemu dia.  Satu lagi ma , di lemari kamar ku ada surat  warna biru …, mama ambil surat itu dan kasih ke Afidah juga.  Marwah selalau ga sempat ngasih ke Afidah.” Pinta Marwah.

“iya nak…, nanti mama kasih.” Jawab mama.
***

Keesokan harinya di hari ahad. “Marwah sayang , mama kembali kembali ke rumah dulu ya nak , papa dan adik mu mau ke sini. Sebentar saja kok. Sekalian mama mau ambil surat yang kamu maksud. ” Tanya mama pada pagi itu pada Marwah.

“iya ma. Hati-hati.” Jawab Marwah singkat.

Mama pun pulang ke rumah . sekitar 20 menit kemudian Mama kembali ke RS bersama papa dan adiknya. Saat mereka masuk ke kamar. Mereka melihat marwah sedang beristirahat. Marwah terlihat tertidur lelap sekali. Mereka tak tega membangunkan  Marwah.  3 jam kemudian mereka  masih melihat marwah dala keadaan yang sama. Mama mencoba membangunkan marwah , papa dan adiknya pun juga mencoba membangunkan Marwah. Namun Marwah tak bereaksi. Adiknya mmegang tangan marwah. “mama papa, tangan kak marwah dingi sekali.” Serentak mereka pun langsung memeriksa denyut nadi dan jantung  anaknya.  Mereka  seakan tak bisa percaya kini anaknya telah pergi untuk selama-lamanya.

Mama, Papa, dan Adik marwah sangat terpukul dan sedih atas kepergian Marwah. Namun mereka harus ikhlas karena semuanya kembali padaNya. Marwah pun kini telah Tiada.

***
Sementara itu Afidah  gelisah dirumah “hmmm …., kata ibu, aku boleh pergi setelah ibu balik dari pasar, ufh… ibu lama sekali.., aku mau ke RS melihat keadaan  Marwah , perasaan ku ga enak.” Batin Afidah menggerutu.

Afidah belum tau bahwa Marwah telah meninggal tadi pagi jam 9. Afidah tak  sadar  bahwa pertemuan terakhirnya  dengan marwah kemarin dulu hari Jum’at jam 5  subuh sebelum ia pulang saat menjenguk Marwah di RS.

Ibu Afidah baru pulang dari pasar setelah Sholat Dzuhur. Saat itu juga Afidah pamit pada ibunya untuk k RS menjenguk Marwah.

Sesampai di RS sekitar pukul 14.00 wita. Menuju ke Ruang rawat Marwah.  Namun Afidah melihat tak ada seorangpun di dalam. “Marwah kemana yah ? apa mungkin sudah pulang? Ah.., kayaknya tidak mungkin. Atau  ruangan kali ya  di ruangan uang lain???” piker Afidah bingung.

Tiba-tiba suster masuk kedalam dan membawa pasien lain untuk di tempatkan dalam ruangan itu. “suster , pasien bernama Marwah  Al-Mukarramah yang dirawat di ruangan ini kemana ya??” Tanya Afidah dengan penasaran.

“oohh.. mba belum tau ya?pasien yang dirawat diruangan ini sudah meninggal tadi pagi.sekitar jam 9.  Sudah dibawa pulang tadi oleh pihak keluarganya. Mari mba.” Jelas  suster tersebut.

Afidah kaget dengan jawaban suster tersebut. Aidah diam seakan tak percaya. Saat itu dia hanya berharap salah masuk ruangan dan berita yang didengarnya itu tidak benar.  Tapi setelah Afidah perhatikan baik-baik ruangan itu. Afidah tidak salah ini adalah ruangan yang kemarin di datangi Afidah.

“ga mungkin… ini gak mungkin terjadi.  Yaa ALLOH .., knapa mesti secepat ini ??” Afidah  shok,  kaget, sedih, dan seakan tak percaya  apa yang di timpa sahabatnya  yakni pergi untuk selama-lamanya.

Tampa pikir panjang  Afidah pun langsung menuju ke  rumah Marwah. Selama perjalanan kerumah  Marwah. Afidah tak henti-hentinya menangis. Berbagai penyesalan terhentak dalam dadanya. Seolah tak percaya.

Sesampai  di rumah  Marwah , Afidah melihat  ad bendera kuning di pagar  rumah Marwah. Namun hanya kesunyian yang dilihat di sekelilinganya.  Afidah masuk kedalam dan  mengetuk pintu.

“Assalamu ‘alaykum..” Afidah mengucap salam yang ke 3 kalinya baru ada jawaban dari dalam.

“wa a’alaykum salam.., nak Fida Mari masuk nak.” Sapa mama MArwah.

Seketika saat dibukakan pintu, Afidah langsung memeluk mama Marwah. “tante… kenapa Marwah pergi ninggalin kita secepat ini???”  menangis tersedu-sedu.

“Sudah nak…, yang sabar.., ayo duduk dulu.” Seru Mama Marwah.

“iya tante, terima kasih.” Afidah  masuk mengikuti mama Marwah dan di persilahkannya duduk di ruang tamu. Afidah melihat  mata mama Marwah dalam keadaan seperti habis menangis.  Mama pun melihat hal yang sama pada mata Afidah.  Keduanya senyap dalam keheningan sambil terisak-isak. Tak ada yang sanggup memulai pembicaraan.
Dengan terbata-bata Afidah mulai membuka mulut dan memulai pembicaraan. “tante aku turut berduka atas  kepergian Marwah yang secepat ini.  Tak ada yang ,menyangaka bahwa marwah akan perrgi  meninggalkan kita.  Marwah adalah anak yang sangat baik . aku sangat beruntung tante bisa menjadi bagian dari kehidupan  Marwah.”

“Iya nak..,  Marwah sekarang  sudah pergi meninggalkan kita semua. Marwah pergi dengan cara yang baik-baik.. sebelum ia pergi Marwag sempat Minat Maaf, pada tante , papanya dan semuanya, termasuk kepada Mu nak. Oh iya  tunggu sebentar” Mama kemudian meninggalkan Afidah sejenak lalu kembali dengan membawa dua buah amplop yang satu berwana biru dan yang satunya berwarna putih.  Mama kemudian memberi Afidah kedua amplop itu. “nak sebelum Marwah meninggal , ia menitipkan surat ini untuk mu.” Sambil mengarahkan surat itu ke Afidah.

Afidah  mengulurkan tangannya dan mengambil ke 2 surat itu. “terima Kasih tante.”.

“Tante aku minta maaf,  aku tak hadir saat pemakaman Marwah. Aku baru tau berita meninggalnya Marwh tadi saat di RS. Aku sangat menyesal tante kenapa  aku tidak menemani Marwah,. Kenapa aku ga ada di saat detik-detik terkhir kehidupan Marwh. Kenapa aku ga menemaninya di RS. Tante.., aku sayang Mrwah Tante, marwah seudah seperti saudarku sendiri.” Afidah mengungkapkan perasaannya pada Mama Marwah.

“sabar nak.. marwah juga pasti mengerti, itu tidak jadi masalh. Kita semua sayang pada marwah.” Balas Mamah.

“Tante , dimama Marwah di kebumikan ? dimama Marwah dimakamkan. Aku mau menemuinya.” Tanya Marwah.

“tapi, hari sudah mulai sore. Tidak besok saja nak ??” jawab Mama.

“tidak tante. Aku nggak mau penyesalan ini semakin berlarut . Aku mau menemui Marwah.”

“terserah kamu saja nak.  Alamanya dijalan Pettarani. Pemakaman Muslim. Kamu cari saja  makam nya sebelah kanan cari namanya di batu Nisan Marwah Al-Mukarramah binti Syahrul. ” jelas mama menjelaskan.

“iya tante, terima kasih atas informasinya. Aku  permisis dulu.  Yang sabar ya tante. Ini cobaan dari ALLOH bagi kita yang di tinggalkannya.”

“iya nak terima kasih.”

“saya permisi dulu tante, Assalamu ‘alaykum.” Afidah berdiri dan menyalami mama marwah.

“iya nak, hati-hati. Wa ‘alaykum salam.”

***
Sesampai di pemakman.  Tak sulit Afidah mencari makam Marwah  ketika tiba di depan makam marwah, Afidah tak sanggub membendung kesedihannya.

Afidah kmudian mendoa’ kan Marwah. Setelah itu  Afidah mentap makam Marwah secara mendalam. “Marwah… kenapa kamu ninggalin aku ??” tiba-tiba Afidah teringat dengan  surat dari Marwah yang   diberikan tadi oleh Mama nya Marwah. Afidah pun membaca surat yang pertama yang berwarna biru.

UNTUK SAHABATKU AFIDAH.
Kamis Makassar, 16 Februari 2012
Assalamu a’laykum wa rohmatullohi wa baro kaa tuh…
Hanya satu kalimat yang ingin ku ucapkan.
“Aku Ingin Jadi sahabat mu”

Afidah, terima kasih karena kamu telah emilihku untuk jadi sahabatmu. Mudah-mudah an kamu tidak salah memilih ku jadi sahabat mu. Sejak pertama bertemu kamu. Sempat terlintas di benakku ingn menjalin persahbatan dengan kamu Fi’ … dan hal itu terwujud hari ini. Terima kasih Afidah.

Pesan ku buat kamu:
•    Aku mau kamu tidak mudah marah hanya karena masalah sepeleh.
•    Aku mau keegoisanmu yang hanya mementingkan diri sendiri dihilangkan agar banyak orang yang suka sifatmu.

Untuk menjalin persahabatan dengan ku bukannya aku mau kasih kamu syarat berteman Fi’. Nggak. Emlainkan aku hanya ingin  menghilangkan sikap ataaupun sifatmu yang menurut pendapat orang lain  itu tidak baik. Sebaba aku mau lihat kamu  menjadi orang yang penting  bagi orang lain. Agar setiap perjalanan hidupmu lebih termaknai  dengan keberadaan mu yang disenangi oleh orang lain….
MARWAH AL MUKARRAMAH 

Afidah terharu membaca surat itu. Surat itu adalah surat yang selama ini Afidah  nanti-nanti dari Marwah. Jawaban dari surat pertamanya sekitar 12 bulan yang lalu. “ternyata memang benar Mar… kamu  telah lama menulis itu untukku.” Afidah baru percaya pada Marwah tentang surat itu karena  Afidah member surat pada Marwah  hari Rabu 15 Februari dan marwah membalasnya pada tanggal 16 Februari. “Tapi.. kenapa kamu nggak langsung ngasih surat itu ke aku marwah ? kamu sendiri yang membuat ku berfikiran yang tidak-tidak padamu…, maafkan aku sahabat kuu .. ”

Kemudian Afidah  membaca surat kedua . dalam surat tersebut  jelas hari dan tanggalnya  Marwah menulis surat itu 2 hari yang lalu setelah aku menjaga marwah di RS.

UNTUK SAHABATKU AFIDAH.
Jum’at, Makassar 15  desember 2012

Afidah sahabatku. Aku minta maaf karena aku telah mambuatmu kecewa selama ini tampa aku sadari.  Aku tidak peka terhadap perasaan mu.  Seharusnya aku lebih mengerti tentang kamu mengenai surat itu.  Jujur Afidah aku benar-benar telah membalas suratmu.  Tapi , aku selalu menunggu waktu yang tepat untuk memberikannya pada mu.  Selain itu aku benar-benar selalu lupa Fi’…, aku tau ini salah ku dan pikiran ku kamu sudah tidak butuh lagi jawaban  melalui surat itu . karena aku telah menjawabnya secara lisan , tapi aku baru sadar sekarang kalau jawaban surat itu snagt berarti buat kamu. Aaku minta maaf Afidah aku minta Maaf. Tapi percaya lah aku benar-benar telah menulisnya . surat itu ada di lemari kamar ku tersimpan rapi . dan aku berjanji padamu , sebelum aku meninggalkan kamu dan semuanya pergi dari dunia ini aku akan memberikan surat itu padamu.  kamu akan mendapatkan surat itu Fi’. Aku janji. “

Kemudian masalah kedekatan ku dengan  Keyla.  Dengan rasa sedih aku menulis surat ini untuk kamu Afidah. Entah bagaimana lagi caranya   aku bisa bicara dengan kamu. Yang perlu kamu ketahui Fi’  kalau selama ini sebelum  kamu dekat dengan ku aku itu sudah  menganggapmu sebagai sahabatku. Tapi saya belum tau pasti apakah kamu  juga bersedia jadi sahabatku atau tidak ?? sebenarnya aku memang dekat dengan Keyla , karena hanya Keyla yang cocok dengan ku dikelas saat diskusi pelajaran berbagi pengtahuan. Aku ingin kamu juga menjalin persahbatan dengan Keyla bukannya cemburu seperti  ini . Karena kalian berdua sangat berarti buat aku. Kamu ga boleh egois Fi’. Aku ga mau kamu membenci orang lain karena aku dekat dengan dia. Kita semua ini sama. Tinggal bagaiman m=kamu mau menerima nya dengan baik.

Melalui surat ini aku minta maaf yang sebesar-besarnya atas perbuatan ku  ataupun ucapan ku yang membuat kamu tidak senang ataupun marah padaku.  Aku sadar Fi’ mungkin kamu   tidak pantas menginginkan kujadi sahabatmu. Karena saya mempunyai banyak kekurangan. Termasuk penyakit mematikan ini  yang dapat mengambil nyawaku kapan saja. Apa yang mau dibanggakan dari ku ? aku hanya membuat orang lain susah dan mungkin selama kamu dekat dengan ku kamu hany mendapat musibah dan aku hany sering membuat mu sedih.

Kalau masalah penyakit ku ini aku minta maasf tidak pernah menceritaknnya pada mu. Aku selalu mencari waktu yang tepat member tahukan nya padamu , aku ingin sering kasih tau kamu tentang penyakit yang ku derita tapi kamu keburu marah pada ku , sehingga kamu ga mau dengerin aku ngomong. Kamu ga mau bicara pada k . yang ,mana  aku baru tau penyebab semuanya . dan itu hanya kesalah pahaman mu Fi’.

Dan kalau kamu beranggapan  aku lupa sama kamu saat aku bersama Keyla, kamu salah BESAR Fi’ , salah.  Itu tidak benar. Aku ingin  juga selalu sama kamu . tapi kalau aku sama Keyla kamu selalu menghindar.

Mungkin dalam situasi ini kamu salah paham Fi’. Maka dari itu melalui surat ini aku mau memperjelas semua masalah diantara kita.

Sekali lagi aku minta Maaf  Afidah. …

Jika suatu saat aku pergi untuk selama-lamanya aku harap kamu bisa mengubah sikap ke egoisan mu itu. Aku bilang seperti ini Karen aku sayang sama kamu F’. aku mau kamu berubah.  Kamu jangan membatasi pertemananmu hanya pada 1 orang. Wawsan kamu tidak akan bertambah.  Dan suatu saat kamu akan mendapatkan seorang yang benar-benar bisa mengerti kamu yang lebih baik . aku yakin itu.

Afidah kamu adalah sahabat terbaik yang aku punya. Sahabatku yang paling unik , yang paling manja. Dan yang paling egois . heheh  aku menyayangi mu Afidah.

Afidah sahabatku….

Saat aku pergi nanti , jika kamu ingin menangis ,.,,, menangislah…. menangislah untuku…, itu sebagai tanda kalau kamu sedih atas kepergianku. Berarti kamu menyayangiku. Namun pesan ku jangan terlarut dalam kesedihan mendalam.

Rindukanlah aku selalu Karena aku selalu merrindukan mu Afidah.

 Salam sayang dan  Rinduku
untuk sahbatuku Afidah


MARWAH 


Surat yang ke dua ini adalah jawaban dari surat  yang di tulis Afidah saat ia mengungkapkan dan menjelaskan semuanya tentang kesalahpahaman dan keegoisannya serta permintaan maaf Afidah atas perubahannya. Semua dijelaskan  Afidah untuk marwah melalui surat karena Marwah tidak bangun-bangun waktu itu. Dan kini Marwah kembali membalas surat itu sebelum ia Meninggal.

Afidah membaca secara seksama kalimat demi kalimat dalam surat  Marwah,.

“marwaah .. kenapa kamu tega ngelakuin ini ??? kamu ninggalin aku sendiri. Aku sangat menyesal Mar.. menyia-nyiakan perhatian kamu selama ini. Sekarang aku ingin perhatian kamu, tapi itu sudah tidak mungkin. Dulu  kamu memberikan canda tawa mu pada ku , tapi aku mengabaiknya, sekarang aku ingin canda tawamu itu untukku, tapi itu sudah tidak mungkin. Dulu kamu bicara pada ku, tapi aku tak mau dengar apa yang kamu katakana , kekarang aku mau kamu bicara padaku dan aku mau mendengarkan mu marwah .. tapi .. itu sudah tidak mungkin. Dulu kamu selalu berusaha untuk menemui  ku tapi aku tak mau menemui mu, sekarang aku mau kamu menemuiku, dan aku mau menemuimu .. tpi .., itu sudah tidak mungkin ?  :’( ” penyesalan Afidah sudah sangat terlambat. Marwah sudah tidak ada .

“yaa ALLOH .. apakah ini hokum karma buat ku ?? marwah maafkan aku.., maafkan atas keegoisanku selama ini…, aku baru mengerti dan menyadari semuanya sekarang. Aku baru menyadari betapa tulusnya kamu  menjadikanku sahabatmu. Dan betapa bodohnya aku menyia-nyiakan mu.  Betapa egoisnya aku mementingkan diri sendiri.  Sekarang aku baru menyesal I atas semua perbuatanku pada mu Marwah Maafkan Aku. Andaikan waktu bisa di putar. Aku berjanji Ma… aku janji akn mengubah sifat burukku ini aku tak mau penyesalan ini terulang untuk kedua  kalinya. Terima kasih sahabatku untuk semuanya. Aku menyayangimu karena ALLOH.”  Batin Afidah dalam Hati sambil memeluk makam Marwah.


#Selesai#

by NWS :) Nur Wahidah Syamsu









KEEGOISAN BERUJUNG PENYESALAN
Selengkapnya
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. catatan wahidah - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger