Cerpen "Keegoisan Berujung Penyesalan"
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAvYrvM6594A7_h9BAg0jW-yACRbtPd8sJF7-TQjL6UcM5WBzhRz4k6EYm9mEsdclyOFkGkBqNpP2tfooJ7DrYmnsK0l1vbQRxG6_Q0RPo-R_8F74H4Y90luiQ8gFBLAjesXuA0NUN48-s/s72-c/always+forever+edit.jpg
KEEGOISAN
BERUJUNG PENYESALAN
Awalnya persahabatan Afidah dan Marwah sangat dekat
bahkan seperti saudara. Karena Afidah memang anak tunggal. Ia tak mempunyai saudara. Afidah selalu merasa
kesepian, namun dengan sifat Afidah yang sangat egois membuat nya tak ada yang mau berteman dan menjadi sahabatnya. Walaupun
ada hanya sebatas teman biasa tidak lebih.
Sampai pada
suatu saat Afidah bertemu dengan seseorang yang bernamaMarwah, satu-satunya
orang yang paling mengerti dengan sifat dan keadaan Afidah, dan mau
berteman dengan tulus kepada Afidah, ia sangat sabar menghadapi sikap Afidah
yang sangat egois. Tampa pernah lelah Marwah selalu memberi masukan , dan
menasihati Afidah agar bisa menjadi orang yang lebih baik dan di senangi oleh
semua orang.
Suatu hari di sekolah. Marwah menghampiri Afidah, namun Afidah
malah berusaha untuk menjauh
.”Fi, kamu kenapa sih makin jauh dari aku ? kalau aku punya salah ,
aku minta maaf Fi” ucap marwah dengan sedih.
“Nggak kok, itu hanya perasaan kamu saja” balas Afidah singkat.
“Fi, kamu harus jujur, aku nggak mau kalau ada yang kamu rahasiakan
diantara kita. Apa gunanya seorang sahabat kalau tidak terbuka. Aku tau persis siapa kamu, sifat kamu bagaimana,
tidak seperti biasanya kamu kayak gini. Aku tau kamu menyembunyikan sesuatu dari ku , kamu
pasti sedang punya masalah”. Ucap Marwah
kepada Afidah. Marwah merasa bingung dengan sikap Afidah belakangan ini. Marwah kemudian menatap Afidah dengan
tajam. Namun Afidah menunduk dan diam saja.
“Afidah , ayo jawab aku ..??? kamu gengarkan aku ngomong apa? Masalah tidak akan terselesaikan kalau kamu
diam saja. Lihat mataku Fi…!!”. Sambil memegang ke dua bahu Afidah dengan
kencang! Namun Afidah tetap saja dengan reaksi yang sama menundukkan kepalanya tak berani menatap
Marwah dan diam.
“Ufh … baiklah Fi kalau kamu belum mau cerita!mungkin belum
sekarang saatnya. Apapun masalahnya aku harap kamu tetap harus cerita
kepadaku.ingan Afidah aku ini sahabatmu apapun yang terjadi aku akan tetap
selalu ada buat kamu dalam suka maupun duka!” pinta Marwah.
“Tinggalkan aku sendiri Mar, Tinggalkan aku sendiri” kata Afidah
dengan Nada lembut yang menyedihkan.
***
Waktu terus berjalan hari
berganti hari sampai minggu berganti minggu. Sikap Afidah masih sama tetap dingin terhadap Marwah.
Bahkan makin parah. Setiap Marwah mendekati Afidah , ia langsung beranjak pergi
bahkan tak mau menatapnya, Afidah menjahui Marwah.
Marwah merasa sangat sedih dengan perubahan sahabatnya, entah apa
yang terjadi pada sahabatnya itu. Hingga
berbagai tanda Tanya dan kebingungan pun melanda Fikirannya.
“Afidah kenapa yah ? masalah apa sebenarnya yang dia sembunyikan
dari ku ? kenapa dia menjauh ? apa karena Afidah Merasa tidak cocok dan merasa tidak Nyaman bersahabat dengan ku ?
atau karena Aku telah menyakiti hati afidah dengan kataku yang menyinggungnya?
Atau karena sikap ku yang salah terhadapnya ? atau Afidah telah dapat sahabat
yang lebih baik dari ku sehingga Afidah tak mau lagi bersahabat dengan ku ?
atau karena Semuanya ? Arghh…. Aku bingung!!!” Marwah benar-benar bingung. Dia
juga tak mau menuduh Afidah yang tidak-tidak sebelum afidah yang jelaskan
sendiri semua padanya apayang sebenarnya terjadi.
Marwah sangat berharap Afidah dapat mengubah sikap buruknya itu.
Namun disis lain sebenarnya Afidah juga
merasa bersalah, sedih ,dan kesepian
jauh dari Marwah.
Pada suatu Malam didalam
kamar nya, Afidah mengingat semua kebaikan dan pengorbanan Marwah padanya. Afidah
merenungi dan mengingat-ingat kembali semua yang pernah
Marwah lakukan dan berikan padanya.
“Selama ini Marwah yang selalu membantuku saat kapan pun saya membutuhkannya.” Lamunan
Afidah.
Beberapa diantara nya perhatian Marwah. “Dulu saat Aku membutuhkan
Marwah untuk dijelaskan tentang pelajaran yang tidak ku mengeerti, tugas-tugas
dan PR ku untuk dibantu mengerjakannya. Marwah dengan senang hati membantu ku
dengan tulus. Padahal saya juga tau dikelas Marwah tak jauh beda dengan
ku tugas-tugas dan PR Marwah juga
menumpuk. Tapi marwah lebih mengutamakan selalu aku
dari pada dirinya sendiri. Setiap aku meminta sesuatu keapada marwah tak
pernah marwah berkata TIDAK untukku . begitu banyak perhatian dan pengorbanan
Marwah untuk aku. Mengapa aku begitu bodoh bersifat dingin terhadap Marwah ???”
Lamunan Afidah.
Kemudian Afidah melanjutkan lamunan nya dan mengingat-ingat
kembali. “Tapi…., semenjak kedekatannya dengan Keyla perlahan aku merasa Marwah
berubah?” fikiran buruk Afidah kepada Marwah.
Sebenarnya bukan Marwah yang berubah tapi Afidah yang tak mau mengerti. Afidah
kembali lagi memunculkan sifat lamanya
yaitu ke egoisannya. “sebenarnya aku merasa cembunru dan merasa tidak
nyaman marwah dekat dengan orang lain.
Aku tidak ingin kasih sayang Sahabat ku Marwah terbagi. Aku hanya ingin marwah
menjadi sahabatku . bukan sahabat orang lain. TITIK. aku merasa Marwah yang aku
kenal dulu bukan lagi Marwah yang sekarang. L “
sikap egoisme Afidah benar-benar telah merasuki dirinya, Afidah hanya
memikirkan dirinya sendiri.
“Tapi kalau dipikir-pikir Sebenarnya Marwah tidak berubah, saat itu
memang masa-masa puncaknya menumpuk tugas dari setiap mata pelajaran yang harus
marwah selesaikan karena ujian semester makin dekat, aku pun juga seperti itu ,
sehingga membuat marwah jarang dan bahkan tidak sempat mengunjungi ku. Aku
benar-benar tidak bisa mengerti posisi dan keadaan Marwah saat itu. Fikiran ku
sudah tidak jernih sehingga Aku berfikiran buruk pada Marwah. Yaa ALLOH betapa bodohnya aku.” Pikiran Afidah mulai
positif Afidah sudah mulai menyesali sikapnya terhadap Marwah. Afidah pun
memutuskan untuk besok menemui Marwah dan minta maaf padanya.
***
Keesokan harinya disekolah. Afidah
kemudian memutuskan untuk meminta maaf kepada Marwah. Tapi sayang sekali
, saat Afidah mencari-cari Marwah dikelasnya, di kantin, dan disekatar sekolah
Marwah tidak ada. “Marwah kemana yah ??
seperti nya hari ini dia ga masuk skolah deh ,..! kalau begitu besok
sajalah ..!” pikir Afidah dalam hati.
Keesokan harinya Afidah
kembali mencari Marwah namun , sama seperti kemarin tetap tidak
ada, sampai 4 hari berlalu Afidah cari
Marwah Namun Marwah tak masuk skolah. Kemudian
Afidah memutuskan untuk bertanya kepada Keyla teman sebangku Marwah. Saat
Afidah menuju kearah Keyla baru Afidah ingin bertanya , keyla udah bertanya
duluan.
“Hey Fi, kamu pasti lagi nyariin Marwah kan ?” sapa keyla.
“Hmmm.. iyah…! Kenapa Marwah ga masuk skolah Key, apa dia pulang ke
kampungnya ?” Tanya Afidah.
“kamu belum tau ya?? Tidak Fi’
Marwah lagi sakit. Sepertinya penyakit Marwah Kumat lagi.” Jawab Keyla.
“penyakit ? penyakit apa ?
memangnya marwah sakit apa ?” Afidah kaget mendengar jawaban Keyla.
“Marwah sejak kecil terkena penyakit LIVER dan penyakitnya ini
tidak bisa disembuhkan dan setauku
Liver itu dapat mengambil nyawa kita kapan pun jika sudah sangat parah .
penyakit liver hanya bisa sembuh dengan
1 cara jika dilakukan Tranfalasi Hati. Kasian Marwah ! dia masih sangat muda ,
perjalanan nya masih panjang namun Dia dihantui dengan penyakit mematikan itu.
Walau demikian , aku lihat Marwah tak pernah mengeluh , dia jalani kehidupannya dengan Semangat
dan ceria seakan tak terjadi apa-apa
dengannnya.” Panjang lebar keyla menjelaskan dengan mata yang berkaca-kaca.
“Oh iya,satu lagi aku lihat selama Marwah tak pernah lagi bersama
kamu Fi’, Marwah lebih sedih kebanyakn
ngelamun, sedih dan diam, dia cerita tentang kamu terus. Marwah selalu bilang
kalau dia rindu skali sama kamu, senyuman mu padanya, canda tawamu , dia rindu
kamu yang dulu.” Lanjut Marwah.
Tampa Afidah sadari saat
Keyla menjelaskan semua tentang keadaan Marwah slam ini air mata itu tak bisa
dibendung. Afidah sangat merasa bersalah terhadap diri nya sendiri terlebih
terhadap Marwah slama ini Dia benar-benar telah buruk sangka pada sahabtnya.
Namun disisi lain Afidah juga merasa kecewa kepada Marwah karena Marwah
tidak pernah cerita pada Afidah klau
Maarwah sakit.
“mengapa kanapa kamu tidak pernah cerita kepada ku Mar tentang
sakit mu itu . kenapa kamu ga terbuka masalah ini pada ku .., kenapa malah Keyla
yang lebih tau banyak tentang kamu ? :’(
” kekecewaan Afidah dalam hati. Hatii Afidah pun bercampur aduk antara sedih , kecewa, menyesal.
“hello.. Fi’ jangan ngelamun dong. Aku ngerti kok kesedihan kamu .”
keyla mengakhiri lamunan Afidah.
“eh , nggak kok.. diii’.. di Rumah Sakit mana Marwah di rawat
???” Tanya Afidah dengan terbata-bata.
“di RS Wahidin. Ini alamat lengkapnyya” keyla mengambil kertas dan
pulpen menuliskan Alamat RS Marawah di rawat kemudian memberikannya pada
Afidah.
“yah ,, jalan sudirman no 14.” Afidah membaca kertas dari Keyla.
“Makasih ya key.”
“iya. Sama-sama. Buru deh kamu ke RS , aku yakin Marwah udah
nungguin kedatanganmu.” Keyla berusaha menghibur Afidah.
“iya, stelah pulang skolah ini aku langsung kesana.”
***
Saat pulang skolah Afidah
dengan masih menggunakan seragam sekolah
yang lengkap Afidah langsung menuju ke RS
untuk menemui Marwah dan ingin minta maaf padanya , juga menceritakan
semua nya mengapa ia menjauh dari Marwah. Afidah ingin mengulang semuanya dari
awal lagi.
Ketika Afidah telah sampai di RS. Afidah mendapatkan kondisi
Marwah yang terbaring lemah di RS
dalam keadaan tak sadarkan diri.
Afidah kemudian duduk disamping pembaringan Marwah. “Marwah … kamu
bangun dong … kenapa di saat aku mau baikan sama kamu , dan aku mulai mau
berubah keadaann kamu malah seperti ini, aku tau Marwah dulu saat kamu
bicara aku tak mau dngerin kamu , tapi
sekarang di saat aku mau kamu
bicara kamu malah diam. Marwah kamu kan dulu mau tau kenapa aku berubah,
sekarang aku mau jelasin semuanya Mar , aku mohon kamu bangun Mar .., aku mau
jelasin semuanya. “Afidah menangis ter sedu-sedu melihat keadaan sahabatnya
yang tak berdaya.
Afidah sambil memegang tangan Marwah “Maafkan aku marwah, sebenarnya aku seperti ini karena aku cemburu
ngeliat kamu lebih dekat dengan Keyla. Memang aku tau kalau kalian dekat karena
satu kelas. Tapi aku lihat kebersamaan kalian lebih dekat dari pada
bersamaku. Waktu itu kamu tidak pernah
lagi kekelasku, aku merasa kamu makin jauh dari ku. Tapi .. baru saya sadari kemarin Mar, saat
Keyla jelaskan semua nya ke aku. Aku yang salah Marwah, aku yang salah …
terlalau berpikiran buruk pada Mu.., maafkan aku Marwah . ! “
Walaupun marwah dalam keadaan terbaring lemah dan tak sadarkan diri
Afidah tetap saja melanjutkan
penjelasannya “Selain itu ,, sebenarnya ada satu hal lagi yang membuat ku
menjau Dari kamu Mar, sebenarnya aku juga kecewa padamu . karena sampai sekarang kamu belum
juga membalas surat ku. Walaupun sebenarnya kamu menjawab pertanyaan dari
suratku langsung secara lisan mu, tapi jujur Marwah, jawaban melalui surat itu
sangat berarti buatku .., kalau hanya lisan 1 kali kamu bilang lagsung berlalu
namun jika dengan surat , bisa aku simpan baik-baik dan kapan pun aku ingin
lihat kamu mengakuiku sebagai sahabat ku bisa dengan membaca surat itu. Memang
benar apa yang kamu katakan kalau persahabattn itu di buktikan dengan
perbuatan. Namun aku ingin surat itu menjadi saksi bisu untuk persahabatna kita
marwah .., tapi kamu ga pernah ngerti aku masalah ini. “
“waktu pertama aku memberi surat itu pada mu, hatiku sangat senang
sekali dengan harapan kamu menjawb
pertanyaan ku. Apakah kamu bersedia menjadi sahabatku ? apakah kamu bersedia menjadi teman curhatku
dikala suka maupun duka ? apakah kamu
bersedia menasihati dan mengingatkan ku disaat aku melakukan kesalahan ? aku
ingin bersahabat dengan mu Marwah. Aku
sangat senang dengan sikap dan sifatmu yang sopan, ramah , Baik, cerdas dan aku
lihat kamu tidak memilih-milih teman dalam bergaul. Sangat beruntung orang yang
bersahabat dengan mu Marwah. Dan aku ingin menjadi orang yang beruntung itu.”
Lanjut Afidah.
“sekarang aku merasa sudah termasuk orang beruntung itu marwah,
terima kasih kamu telah bersedia menjadi sahabtku, tapi tetep saja sebenarnya saya sangat
mengharapkan balasan Surai itu secara TERTULIS Marwah.”
“Setelah aku berikan surat itu pada mu, keesokan harinya aku
menunngu balasannya , namun tak ada, aku pun memakluminya. Kemudian aku nunggu
Hari ke 2 sampai ke 3 . hasil nya sama seperti kmarin tak ada balasan darimu.
Kamu hanya bilang selalu lupa, lupa daan lupa , walaupun kamu bawa kamu slalu bilang
nyari waktu yang tepat untuk
ngasuh ke aku . tapi apa ? hari berganti menjadi minggu kmudian bulan bahkan
sampai sekarang tak ada balasannya Marwah. Hampir 12 bulan berlalu setelah kukirim surat itu
pada mu , tp tak pernah kau membalas
nya. Marwah seandainya kau tau .., betapa kecewanya aku pada mu karena kamu tak
balas suratku. Aku hanya ingin
mengabadikan surat itu marwah, sebagai tanda bukti. Namun kamu tak balas. Sehingga sempat aku berpikir
mungkin kamu nggak pernah menganggap aku sebagai sahabatmu. Kamu dekat dengan ku hanya karena kasian pada
ku karena tak ada yang maau berteman dengan ku. Kamu lebih dekat dengan Keyla
Mar, apakah hanya Keyla yang kamu anggab
sebagai sahabat ? karena aku lihat kalian lebih dekat dan bahkan keyla
lebih banyak tau tentang kamu dibanding aku. Kebersamaan mu dengan Keyla lebih
banyak dibanding aku.” Afidah menjelaskan semuanya pada marwah yang tak
berdaya.
“marwah…, bangun sayang … bangun ,…, kamu dengerin aku kan ngomong tadi.” Air mata
Afidah mengalir deras.
“Marwah.. aku minta Maaf. Namun
walau pun kau tak membalas suratku ,
kebaikan dan pengorbanan mu pada ku begitu banyak.. aku nyesal marwah nyi-nyiain kamu slama ini , aku
nyesel menjauh dari kamu .., kamu tau marwah , betapa kesepian nya aku tanpa kamu. Aku minta maaf marwah .. aku minta maaf selalu buat kamu kecewa.” Penyesalan
Afidah terhadap marwah ia ungkapkan semua.
“Marwah .., aku ingin kita seperti dulu lagi. Seperti pertama kita
berteman dulu. Aku sayang sama kamu
marwah . kamu adalah saahabat terbaikku . bahkan kamu adalah saudaraku .., walau kita beda ibu.” Lanjut Afidah.
Afidah menjelaskan semuanya panjang lebar kepada Marwah yang tengah terbaring lemah dan
tak sadarkan diri . dan entah apakah Marwah mendengar dan merasakan penyesalaan
sahabatnya itu.
Kemudian tiba-tiba Mamah Marwah datang. “eh nak Fida.., sudah lama
nak disini?”. Sapa Mamah Marwah. “lumayan tante
setelah pulang skolah aku langsung ke sini.” Sambil berdiri dan mengusap
matanya yang habis menangis. “duduk sja nak disitu.” Seru Mamah Marwah. “iyah
tante terima kasih. Oh iya tante, bolehkan aku ikut nginap malam ini di RS
bersama tante menemani Marwah.???” Pinta Afidah. “iya. Tentu saja nak boleh.
Asal kamu udah minta idzin ke orang tua mu di rumah . kasian kalau mereka
kawatitr kamu ga pulang.” Nasihat mama MArwah. “i.. iya tante.” Dengan ragu
marwah menjawab iya , karena marwah bekum idzin dengan orang rumah.
Keesokan Harinya. Tepatnya
Hari jum’at. Afidah bangun jam 5 subuh. Setelah sholat subuh Afidah pamit
pulang pada Marwah yang masih terbaring lemah dan Maamanya karena Afidah harus
kesekolah dan pasti orang di rumah Afidah mencari Afidah yang tak pulang semalam.
Namun sebelum Afidah pulang ia menitipkan surat kepada Mama Marwah. Surat itu
Afidah tulis sebelum ia tertidur semalam. Isinya tentang semua yang Afidah
ungkapkan semalam. Semuanya Afidah jelaskan dalm surat itu.
Sekarang hari sabtu. Saat pulang Afidah ingin langsung ke RS lagi,
namun karena ada pelajaran Tambahan
sehingga niatnyanke RS pun tertunda, stelah selesai , Afidah berencana langsung ke RS tapi.. sayang
sekali orang tua Afidah telah menjemputnya di depan sekolah. Kemarin Afidah
tidak pulang baru pulang tadi pagi jam 6. Orang tua Afidah tidak sempat
menanyakan kemana Afidah pergi kemarin karena dia hanya pulang mandi dan
setelah itu langsung berangkat kesekolah. Jadi orang tuan Afidah ingin
mewawancarai Afidah dan harus pulang ke rumah. Terpaksa lagi-lagi niat Afidah
untuk k RS melihat Marwah tertunda lagi.
***
Sementara itu di RS. Setelah Dokter memeriksa keadaan Marwah . tak
lama kemudian Marwah sadarkan diri dari komanya. Walaupun kondisinya masih
sangat lemah. Mamah sangat senang.
Saat Marwah Sadar, marwah merasa kehadiran sahabatnya. “Anakku ,
kamu sudah sadar nak.., mama senang sekali .., kaamu membuat mama cemas nak. Oh
iya kemarin Afidah kesini dia menemanimu
seharian bersama mama, tapi kamu tak bangun-bangun nak …, ini surat dari Afidah dia menitipkan nya untuk
mu.” Seru mamah dengan senang karena Anaknya telah bangun.
Benar perasaan Marwah bahwa Afidah memang benar-benar menemui nya
di RS ini . “Fi’ aku tau, dibalik sifatmu yang dingin itu kamu benar-benar
perhatian pada ku , kamu masih peduli pada ku, terima kasih sahabatku.” Kata Marwah dalam hati dengan senyuman di
bibirnya dan memeluk surat itu. “iya mah , terima kasih.” Sambil memeluk mama
nya. “nak, ga papa mama tinggalkan sendiri dulu, mama mau ke rumah dulu masakin
papa dan adik mu.” Tanya mamah. “iya , ga papa kok mah.” Beneran ga apa kan
mama tinggalin sendiri ??. cemas mama. “iya , mama ku sayang Marwah ga apa kok.” Jawab Marwah dgn
senyuman. “kalau gitu, mama pergi dulu ya nak. Secepatnya mama kembali.” Sambil
mencium kening Marwah. “iya mah, hati-hati.” Nasihat Marwah.
Setelah mamah nya pergi Marwah baru membaca Surat dari Afidah. Marwah membaca surat itu dengan seksama. Dalam keadaan membaca surat dari sahabatnya
itu Marwah tak henti-hentinya menagis tersedu-sedu. Setelah membaca surat
Afidah, Marwah kemudian mengambil pulpen dan kertas dan segera menulis
membalas surat Afidah. Walaupun Marwah belum bisa terlalu menggerakkan
tangannya namun ia berusaha untuk menulisnya walau dengan kesakitan sekalipun.
Dengan berlinang air Mata Marwah menulis surat itu untuk Afidah.
Tiba-tiba ibu datang dan melihat anaknya dalam keadaan menangis sambil melipat
surat untuk Afidah.
“Marwah, kamu kenapa nak ?”
Tanya mama kepada marwah.
“nggak kok mah , aku ga apa-apa. Mama aku boleh nanya sesuatu ga ?”
Tanya balik Afidah pada mama nya.
“iya anakku , tentu saja boleh.” Jawab Mama.
“Mah, kalau aku pergi untuk selamanya. Mamah sedih ga ? dan
orang-orang yang ada disekitarku akan sedih g mah ?” Tanya marwah dengan serius.!
“huss .. kamu bicara apa sih nak ? kami jangan ngomong seperti itu.umur
kamu masih panjang nak. Usia mu masih
muda jangan pernah tinggalin mama nak.
Mama dan papa ga mau kehilangan kamu. Marwah anak mama dan papa
satu-satunya perempuan . mama dan papa
ga mau kehilangan kamu nak. Mama yakin kamu pasti akan sembuh . mama yakin.
Mama sayang kamu anakku L” cemas mama atas pertanyaan Marwah.
“iya mama . makasih . marwah juga sayang Mama. Mama . maarwah minta
maaf kalau selama ini marwah banyak salah sama mama papa , kalau marwah sering
ngecewain mama papa dan semuanya.” Pinta marwah.
“iya anak ku .. kamu ga ada salah kok sama mama , kamu adalah
anak kebanggaan mama.” Balas mama.
“iya ma. Makasih ya mamah. Oh iya ma. Boleh ga aku minta sesuatu?”
“apap pun yang kamu minta nak, tak ada ada yang tidak untuk mu.”
“maksih mama. Aku minta tolong.
Mama kasih surat ini ke Afidah kalau mama ketemu dia. Satu lagi ma , di lemari kamar ku ada
surat warna biru …, mama ambil surat itu
dan kasih ke Afidah juga. Marwah selalau
ga sempat ngasih ke Afidah.” Pinta Marwah.
“iya nak…, nanti mama kasih.” Jawab mama.
***
Keesokan harinya di hari ahad. “Marwah sayang , mama kembali
kembali ke rumah dulu ya nak , papa dan adik mu mau ke sini. Sebentar saja kok.
Sekalian mama mau ambil surat yang kamu maksud. ” Tanya mama pada pagi itu pada
Marwah.
“iya ma. Hati-hati.” Jawab Marwah singkat.
Mama pun pulang ke rumah . sekitar 20 menit kemudian Mama kembali
ke RS bersama papa dan adiknya. Saat mereka masuk ke kamar. Mereka melihat
marwah sedang beristirahat. Marwah terlihat tertidur lelap sekali. Mereka tak
tega membangunkan Marwah. 3 jam kemudian mereka masih melihat marwah dala keadaan yang sama.
Mama mencoba membangunkan marwah , papa dan adiknya pun juga mencoba
membangunkan Marwah. Namun Marwah tak bereaksi. Adiknya mmegang tangan marwah.
“mama papa, tangan kak marwah dingi sekali.” Serentak mereka pun langsung
memeriksa denyut nadi dan jantung
anaknya. Mereka seakan tak bisa percaya kini anaknya telah
pergi untuk selama-lamanya.
Mama, Papa, dan Adik marwah sangat terpukul dan sedih atas
kepergian Marwah. Namun mereka harus ikhlas karena semuanya kembali padaNya.
Marwah pun kini telah Tiada.
***
Sementara itu Afidah gelisah
dirumah “hmmm …., kata ibu, aku boleh pergi setelah ibu balik dari pasar, ufh…
ibu lama sekali.., aku mau ke RS melihat keadaan Marwah , perasaan ku ga enak.” Batin Afidah
menggerutu.
Afidah belum tau bahwa Marwah telah meninggal tadi pagi jam 9.
Afidah tak sadar bahwa pertemuan terakhirnya dengan marwah kemarin dulu hari Jum’at jam
5 subuh sebelum ia pulang saat menjenguk
Marwah di RS.
Ibu Afidah baru pulang dari pasar setelah Sholat Dzuhur. Saat itu
juga Afidah pamit pada ibunya untuk k RS menjenguk Marwah.
Sesampai di RS sekitar pukul 14.00 wita. Menuju ke Ruang rawat
Marwah. Namun Afidah melihat tak ada
seorangpun di dalam. “Marwah kemana yah ? apa mungkin sudah pulang? Ah..,
kayaknya tidak mungkin. Atau ruangan
kali ya di ruangan uang lain???” piker
Afidah bingung.
Tiba-tiba suster masuk kedalam dan membawa pasien lain untuk di
tempatkan dalam ruangan itu. “suster , pasien bernama Marwah Al-Mukarramah yang dirawat di ruangan ini
kemana ya??” Tanya Afidah dengan penasaran.
“oohh.. mba belum tau ya?pasien yang dirawat diruangan ini sudah
meninggal tadi pagi.sekitar jam 9. Sudah
dibawa pulang tadi oleh pihak keluarganya. Mari mba.” Jelas suster tersebut.
Afidah kaget dengan jawaban suster tersebut. Aidah diam seakan tak
percaya. Saat itu dia hanya berharap salah masuk ruangan dan berita yang
didengarnya itu tidak benar. Tapi
setelah Afidah perhatikan baik-baik ruangan itu. Afidah tidak salah ini adalah
ruangan yang kemarin di datangi Afidah.
“ga mungkin… ini gak mungkin terjadi. Yaa ALLOH .., knapa mesti secepat ini ??”
Afidah shok, kaget, sedih, dan seakan tak percaya apa yang di timpa sahabatnya yakni pergi untuk selama-lamanya.
Tampa pikir panjang Afidah
pun langsung menuju ke rumah Marwah.
Selama perjalanan kerumah Marwah. Afidah
tak henti-hentinya menangis. Berbagai penyesalan terhentak dalam dadanya.
Seolah tak percaya.
Sesampai di rumah Marwah , Afidah melihat ad bendera kuning di pagar rumah Marwah. Namun hanya kesunyian yang
dilihat di sekelilinganya. Afidah masuk
kedalam dan mengetuk pintu.
“Assalamu ‘alaykum..” Afidah mengucap salam yang ke 3 kalinya baru
ada jawaban dari dalam.
“wa a’alaykum salam.., nak Fida Mari masuk nak.” Sapa mama MArwah.
Seketika saat dibukakan pintu, Afidah langsung memeluk mama Marwah.
“tante… kenapa Marwah pergi ninggalin kita secepat ini???” menangis tersedu-sedu.
“Sudah nak…, yang sabar.., ayo duduk dulu.” Seru Mama Marwah.
“iya tante, terima kasih.” Afidah
masuk mengikuti mama Marwah dan di persilahkannya duduk di ruang tamu.
Afidah melihat mata mama Marwah dalam
keadaan seperti habis menangis. Mama pun
melihat hal yang sama pada mata Afidah.
Keduanya senyap dalam keheningan sambil terisak-isak. Tak ada yang
sanggup memulai pembicaraan.
Dengan terbata-bata Afidah mulai membuka mulut dan memulai pembicaraan.
“tante aku turut berduka atas kepergian
Marwah yang secepat ini. Tak ada yang
,menyangaka bahwa marwah akan perrgi
meninggalkan kita. Marwah adalah
anak yang sangat baik . aku sangat beruntung tante bisa menjadi bagian dari
kehidupan Marwah.”
“Iya nak.., Marwah
sekarang sudah pergi meninggalkan kita
semua. Marwah pergi dengan cara yang baik-baik.. sebelum ia pergi Marwag sempat
Minat Maaf, pada tante , papanya dan semuanya, termasuk kepada Mu nak. Oh
iya tunggu sebentar” Mama kemudian meninggalkan
Afidah sejenak lalu kembali dengan membawa dua buah amplop yang satu berwana
biru dan yang satunya berwarna putih.
Mama kemudian memberi Afidah kedua amplop itu. “nak sebelum Marwah
meninggal , ia menitipkan surat ini untuk mu.” Sambil mengarahkan surat itu ke
Afidah.
Afidah mengulurkan tangannya
dan mengambil ke 2 surat itu. “terima Kasih tante.”.
“Tante aku minta maaf, aku
tak hadir saat pemakaman Marwah. Aku baru tau berita meninggalnya Marwh tadi
saat di RS. Aku sangat menyesal tante kenapa aku tidak menemani Marwah,. Kenapa aku ga ada
di saat detik-detik terkhir kehidupan Marwh. Kenapa aku ga menemaninya di RS.
Tante.., aku sayang Mrwah Tante, marwah seudah seperti saudarku sendiri.”
Afidah mengungkapkan perasaannya pada Mama Marwah.
“sabar nak.. marwah juga pasti mengerti, itu tidak jadi masalh.
Kita semua sayang pada marwah.” Balas Mamah.
“Tante , dimama Marwah di kebumikan ? dimama Marwah dimakamkan. Aku
mau menemuinya.” Tanya Marwah.
“tapi, hari sudah mulai sore. Tidak besok saja nak ??” jawab Mama.
“tidak tante. Aku nggak mau penyesalan ini semakin berlarut L. Aku mau
menemui Marwah.”
“terserah kamu saja nak.
Alamanya dijalan Pettarani. Pemakaman Muslim. Kamu cari saja makam nya sebelah kanan cari namanya di batu
Nisan Marwah Al-Mukarramah binti Syahrul. ” jelas mama menjelaskan.
“iya tante, terima kasih atas informasinya. Aku permisis dulu. Yang sabar ya tante. Ini cobaan dari ALLOH
bagi kita yang di tinggalkannya.”
“iya nak terima kasih.”
“saya permisi dulu tante, Assalamu ‘alaykum.” Afidah berdiri dan
menyalami mama marwah.
“iya nak, hati-hati. Wa ‘alaykum salam.”
***
Sesampai di pemakman. Tak
sulit Afidah mencari makam Marwah ketika
tiba di depan makam marwah, Afidah tak sanggub membendung kesedihannya.
Afidah kmudian mendoa’ kan Marwah. Setelah itu Afidah mentap makam Marwah secara mendalam.
“Marwah… kenapa kamu ninggalin aku ??” tiba-tiba Afidah teringat dengan surat dari Marwah yang diberikan tadi oleh Mama nya Marwah. Afidah
pun membaca surat yang pertama yang berwarna biru.
UNTUK SAHABATKU AFIDAH.
Kamis Makassar, 16 Februari 2012
Assalamu a’laykum wa rohmatullohi wa baro kaa tuh…
Hanya satu kalimat yang ingin ku ucapkan.
“Aku Ingin Jadi sahabat mu”
Afidah, terima kasih karena kamu telah emilihku untuk jadi
sahabatmu. Mudah-mudah an kamu tidak salah memilih ku jadi sahabat mu. Sejak
pertama bertemu kamu. Sempat terlintas di benakku ingn menjalin persahbatan
dengan kamu Fi’ … dan hal itu terwujud hari ini. Terima kasih Afidah.
Pesan ku buat kamu:
Untuk menjalin
persahabatan dengan ku bukannya aku mau kasih kamu syarat berteman Fi’. Nggak.
Emlainkan aku hanya ingin menghilangkan
sikap ataaupun sifatmu yang menurut pendapat orang lain itu tidak baik. Sebaba aku mau lihat
kamu menjadi orang yang penting bagi orang lain. Agar setiap perjalanan
hidupmu lebih termaknai dengan
keberadaan mu yang disenangi oleh orang lain….
MARWAH AL
MUKARRAMAH
Afidah terharu
membaca surat itu. Surat itu adalah surat yang selama ini Afidah nanti-nanti dari Marwah. Jawaban dari surat
pertamanya sekitar 12 bulan yang lalu. “ternyata memang benar Mar… kamu telah lama menulis itu untukku.” Afidah baru
percaya pada Marwah tentang surat itu karena
Afidah member surat pada Marwah
hari Rabu 15 Februari dan marwah membalasnya pada tanggal 16 Februari.
“Tapi.. kenapa kamu nggak langsung ngasih surat itu ke aku marwah ? kamu
sendiri yang membuat ku berfikiran yang tidak-tidak padamu…, maafkan aku
sahabat kuu .. L”
Kemudian Afidah
membaca surat kedua . dalam surat
tersebut jelas hari dan tanggalnya Marwah menulis surat itu 2 hari yang lalu
setelah aku menjaga marwah di RS.
UNTUK SAHABATKU AFIDAH.
Jum’at, Makassar 15 desember 2012
Afidah sahabatku. Aku minta maaf karena aku telah mambuatmu kecewa
selama ini tampa aku sadari. Aku tidak
peka terhadap perasaan mu. Seharusnya
aku lebih mengerti tentang kamu mengenai surat itu. Jujur Afidah aku benar-benar telah membalas
suratmu. Tapi , aku selalu menunggu
waktu yang tepat untuk memberikannya pada mu.
Selain itu aku benar-benar selalu lupa Fi’…, aku tau ini salah ku dan
pikiran ku kamu sudah tidak butuh lagi jawaban
melalui surat itu . karena aku telah menjawabnya secara lisan , tapi aku
baru sadar sekarang kalau jawaban surat itu snagt berarti buat kamu. Aaku minta
maaf Afidah aku minta Maaf. Tapi percaya lah aku benar-benar telah menulisnya .
surat itu ada di lemari kamar ku tersimpan rapi . dan aku berjanji padamu ,
sebelum aku meninggalkan kamu dan semuanya pergi dari dunia ini aku akan
memberikan surat itu padamu. kamu akan
mendapatkan surat itu Fi’. Aku janji. “
Kemudian masalah kedekatan ku dengan Keyla.
Dengan rasa sedih aku menulis surat ini untuk kamu Afidah. Entah
bagaimana lagi caranya aku bisa bicara
dengan kamu. Yang perlu kamu ketahui Fi’
kalau selama ini sebelum kamu
dekat dengan ku aku itu sudah menganggapmu
sebagai sahabatku. Tapi saya belum tau pasti apakah kamu juga bersedia jadi sahabatku atau tidak ??
sebenarnya aku memang dekat dengan Keyla , karena hanya Keyla yang cocok dengan
ku dikelas saat diskusi pelajaran berbagi pengtahuan. Aku ingin kamu juga
menjalin persahbatan dengan Keyla bukannya cemburu seperti ini . Karena kalian berdua sangat berarti
buat aku. Kamu ga boleh egois Fi’. Aku ga mau kamu membenci orang lain karena
aku dekat dengan dia. Kita semua ini sama. Tinggal bagaiman m=kamu mau menerima
nya dengan baik.
Melalui surat ini aku minta maaf yang sebesar-besarnya atas
perbuatan ku ataupun ucapan ku yang
membuat kamu tidak senang ataupun marah padaku.
Aku sadar Fi’ mungkin kamu tidak
pantas menginginkan kujadi sahabatmu. Karena saya mempunyai banyak kekurangan.
Termasuk penyakit mematikan ini yang
dapat mengambil nyawaku kapan saja. Apa yang mau dibanggakan dari ku ? aku
hanya membuat orang lain susah dan mungkin selama kamu dekat dengan ku kamu
hany mendapat musibah dan aku hany sering membuat mu sedih.
Kalau masalah penyakit ku ini aku minta maasf tidak pernah
menceritaknnya pada mu. Aku selalu mencari waktu yang tepat member tahukan nya
padamu , aku ingin sering kasih tau kamu tentang penyakit yang ku derita tapi
kamu keburu marah pada ku , sehingga kamu ga mau dengerin aku ngomong. Kamu ga
mau bicara pada k . yang ,mana aku baru
tau penyebab semuanya . dan itu hanya kesalah pahaman mu Fi’.
Dan kalau kamu beranggapan
aku lupa sama kamu saat aku bersama Keyla, kamu salah BESAR Fi’ ,
salah. Itu tidak benar. Aku ingin juga selalu sama kamu . tapi kalau aku sama
Keyla kamu selalu menghindar.
Mungkin dalam situasi ini kamu salah paham Fi’. Maka dari itu
melalui surat ini aku mau memperjelas semua masalah diantara kita.
Sekali lagi aku minta Maaf
Afidah. …
Jika suatu saat aku pergi untuk selama-lamanya aku harap kamu bisa
mengubah sikap ke egoisan mu itu. Aku bilang seperti ini Karen aku sayang sama
kamu F’. aku mau kamu berubah. Kamu
jangan membatasi pertemananmu hanya pada 1 orang. Wawsan kamu tidak akan
bertambah. Dan suatu saat kamu akan
mendapatkan seorang yang benar-benar bisa mengerti kamu yang lebih baik . aku
yakin itu.
Afidah kamu adalah sahabat terbaik yang aku punya. Sahabatku yang
paling unik , yang paling manja. Dan yang paling egois . heheh J aku menyayangi
mu Afidah.
Afidah sahabatku….
Saat aku pergi nanti , jika kamu ingin menangis ,.,,, menangislah….
menangislah untuku…, itu sebagai tanda kalau kamu sedih atas kepergianku.
Berarti kamu menyayangiku. Namun pesan ku jangan terlarut dalam kesedihan
mendalam.
Rindukanlah aku selalu Karena aku selalu merrindukan mu Afidah.
Salam sayang dan Rinduku
untuk sahbatuku Afidah
MARWAH J
Surat yang ke
dua ini adalah jawaban dari surat yang
di tulis Afidah saat ia mengungkapkan dan menjelaskan semuanya tentang
kesalahpahaman dan keegoisannya serta permintaan maaf Afidah atas perubahannya.
Semua dijelaskan Afidah untuk marwah
melalui surat karena Marwah tidak bangun-bangun waktu itu. Dan kini Marwah kembali
membalas surat itu sebelum ia Meninggal.
Afidah membaca
secara seksama kalimat demi kalimat dalam surat
Marwah,.
“marwaah ..
kenapa kamu tega ngelakuin ini ??? kamu ninggalin aku sendiri. Aku sangat
menyesal Mar.. menyia-nyiakan perhatian kamu selama ini. Sekarang aku ingin
perhatian kamu, tapi itu sudah tidak mungkin. Dulu kamu memberikan canda tawa mu pada ku , tapi
aku mengabaiknya, sekarang aku ingin canda tawamu itu untukku, tapi itu sudah
tidak mungkin. Dulu kamu bicara pada ku, tapi aku tak mau dengar apa yang kamu
katakana , kekarang aku mau kamu bicara padaku dan aku mau mendengarkan mu
marwah .. tapi .. itu sudah tidak mungkin. Dulu kamu selalu berusaha untuk
menemui ku tapi aku tak mau menemui mu,
sekarang aku mau kamu menemuiku, dan aku mau menemuimu .. tpi .., itu sudah
tidak mungkin ? :’( ” penyesalan Afidah
sudah sangat terlambat. Marwah sudah tidak ada .
“yaa ALLOH ..
apakah ini hokum karma buat ku ?? marwah maafkan aku.., maafkan atas
keegoisanku selama ini…, aku baru mengerti dan menyadari semuanya sekarang. Aku
baru menyadari betapa tulusnya kamu
menjadikanku sahabatmu. Dan betapa bodohnya aku menyia-nyiakan mu. Betapa egoisnya aku mementingkan diri
sendiri. Sekarang aku baru menyesal I
atas semua perbuatanku pada mu Marwah Maafkan Aku. Andaikan waktu bisa di
putar. Aku berjanji Ma… aku janji akn mengubah sifat burukku ini aku tak mau
penyesalan ini terulang untuk kedua
kalinya. Terima kasih sahabatku untuk semuanya. Aku menyayangimu karena
ALLOH.” Batin Afidah dalam Hati sambil
memeluk makam Marwah.
#SELESAI#
KARYA :"NUR WAHIDAH SYAMSU"
+ komentar + 1 komentar
itu kisah nyata tah kak? namanya disamarkan enggak itu kak?
Posting Komentar